“Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ulangan 6:6-7).

Allah memberikan tanggung jawab kepada orangtua untuk mendidik anak sejak usia dini. Takut akan Tuhan dan setia kepada firman-Nya, itulah fondasi pendidikan terkuat yang dapat diwariskan orangtua kepada anak.

Allah memandang pendidikan sangat penting bagi anak, dan bahwa pendidikan harus dimulai dari orangtua kepada anak.

Strategi terbaiknya adalah dengan mengajarkannya berulang-ulang dan membicarakannya pada setiap kesempatan, dalam keadaan apa pun. Ini membuktikan bahwa Allah memandang pendidikan sangat penting bagi anak, dan bahwa pendidikan harus dimulai dari orangtua kepada anak.

Namun sayangnya, sekarang ini tugas mulia tersebut dalam praktiknya lebih sering fokus kepada hal-hal eksternal seperti pencapaian akademis, daripada yang bersifat internal seperti pendidikan karakter yang berpusat kepada Kristus. Dan meskipun fokus yang keliru ini mungkin berhasil mencetak anak-anak berprestasi, tak bisa dipungkiri bahwa tidak sedikit dari mereka yang rentan dalam hal kesehatan mental dan kebahagiaannya. Beban pendidikan yang anak-anak emban terlalu berat dan terlalu dini untuk usia mereka, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk bermain dan beristirahat.

Sebut saja Emma yang usianya belum lagi 3 tahun, namun sudah diikutkan kursus baca-tulis dan bahasa Inggris oleh orangtuanya. “Kami ingin Emma sudah bisa baca-tulis sewaktu masuk sekolah nanti, supaya tidak tertinggal,” begitulah alasan orangtuanya.

Isaac, 9 tahun, lain lagi ceritanya. Setiap minggu ia diikutkan les bahasa, musik, dan kumon. “Kami juga sengaja mengikutkan Isaac ke berbagai lomba. Selain untuk mengasah bakatnya, semua itu untuk membangun rasa percaya dirinya sejak dini. Semua temannya juga begitu,” demikian alasan orangtua Isaac.

Sedangkan Claudia, 15 tahun, sudah kembali bersiap mengikuti berbagai kursus intensif untuk mempersiapkan ujian akhir SMP-nya, sekaligus ujian masuk SMA favorit yang menjadi incaran orangtua. “Kami ingin Claudia masuk sekolah unggulan demi masa depannya,” sang ibu berkata.

Di banyak negara, termasuk Indonesia, anak-anak diajak (dituntut) untuk terus berlomba dalam pendidikan akademik. Tak jarang mereka juga dituntut untuk berprestasi di sekolah. Anak-anak dimasukkan ke berbagai kursus dan pelajaran tambahan sejak usia sangat dini. Bahkan ada orangtua yang sampai menyediakan guru pribadi bagi setiap mata pelajaran anak mereka.

Akibatnya, anak-anak tidak punya banyak waktu untuk menikmati masa kanak-kanak. Mereka harus mengerjakan PR dari sekolah, PR dari kursus, latihan musik atau tari, belum lagi tugas-tugas tambahan dari orangtua. Namun, banyak orangtua beralasan semua ini dilakukan karena tuntutan lingkungan dunia pendidikan sekarang yang sangat kompetitif.

Sebagai orangtua, tentunya kita menginginkan yang terbaik bagi anak-anak kita. Kita ingin mereka memiliki masa depan yang cerah dan kesempatan yang luas. Kita tidak bisa berbuat banyak untuk mengubah sistem pendidikan di negara kita, akibatnya kita mengerahkan seluruh sumber daya demi memastikan anak-anak kita mendapat kesempatan terbaik. Bukankah dengan begini berarti kita mengasihi anak-anak kita?

Meski wajar bila kita menginginkan yang terbaik bagi anak-anak kita, jika tidak berhati-hati, kita bisa terjatuh ke dalam jebakan karena melakukannya dengan berlebihan. Sebagai orang percaya, kita ingin menyenangkan hati Allah dalam segala sesuatu, termasuk cara kita membimbing anak-anak dalam mengejar pencapaian di bidang akademik. Supaya kita tidak kebablasan, sangat baik jika kita menambatkan diri kita kepada Firman Tuhan dan Allah sendiri.

Untuk itu, selama 5 bulan berikutnya, kami akan mengajak Anda mengambil waktu untuk merenungkan:

  • Anak-anak adalah Anugerah Allah
  • Orangtua sebagai Pelayan Allah
  • Pendidikan adalah Mengenai Allah dan Ciptaan-Nya
  • Tenang dalam Pimpinan Allah
  • Menghidupi Hikmat dari Allah

Mari kita jelajahi dan temukan jawabannya selama 5 bulan mendatang.