Dalam Injil Matius, seorang ibu meminta hal berikut ini dari Yesus: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu” (Matius 20:21).
Sungguh permintaan yang berani. Siapa wanita ini? Pasal ini tidak menyebutkan namanya, tetapi karena ia diperkenalkan sebagai ibu dari anak-anak Zebedeus, jadi sebut saja ia Ibu Zebedeus.
Tidak banyak keterangan tentang Ibu Zebedeus ini. Namun, keterangan apa pun tentang dirinya dapat berguna untuk bahan pertimbangan kita sebagai orangtua. Bahkan permintaan berani yang diajukannya kepada Yesus dapat membuat kita merenung: Apa yang kita minta dari Yesus untuk anak-anak kita?
Berikut tiga hal tentang kehidupan Ibu Zebedeus yang bisa kita pertimbangkan dalam peran kita sebagai orangtua
1. Kesetiaannya kepada Yesus
Dalam Matius 20:20, Ibu Zebedeus “datang dengan anak-anaknya [Yakobus dan Yohanes] kepada Yesus” (BIS), lalu “di hadapan Yesus ia sujud”. Kata “sujud” diterjemahkan dari proskuneo dalam bahasa Yunani. Kata ini secara harfiah berarti berlutut, membungkuk, dan menyembah di depan orang lain. Ini adalah posisi penghormatan dan kerendahan hati yang mendalam. Di Alkitab, kata ini biasanya mengandung makna semangat dan sikap beribadah.
Ketika Ibu Zebedeus proskuneo di hadapan Yesus, ia merendahkan dirinya di hadapan Yesus. Itu menunjukkan bahwa Ibu Zebedeus mengenali Yesus sebagai Mesias dan Tuhan. Jadi, ketika ia mengajukan permintaan tersebut kepada Yesus, ia mengerti bahwa Yesus bukan hanya putra seorang tukang kayu, tetapi Raja dari Kerajaan yang akan datang.
(Tidak ada yang lebih penting daripada kesetiaan orangtua kepada Yesus).
Matius 27:55-56 menyatakan bahwa Ibu Zebedeus adalah salah satu dari beberapa perempuan yang mengurus kebutuhan fisik Yesus ketika Dia disalibkan. Ibu Zebedeus jelas mengenal Yesus, memahami siapa Dia, dan mengasihi-Nya.
Sebagai orangtua, sangat penting bagi kita untuk mengenal dan mengasihi Yesus secara pribadi. Tidak ada yang lebih penting daripada kesetiaan orangtua kepada Yesus.
2. Keinginannya sebagai Ibu
Ibu Zebedeus tidak hanya setia kepada Yesus, tetapi juga memiliki keinginan untuk dekat dengan-Nya.
Mungkin ia belajar tentang Kerajaan yang akan datang (Matius 20:21) ketika Yesus memberi tahu para rasul apa yang akan terjadi “pada waktu penciptaan kembali”—bahwa mereka yang mengikuti Dia akan duduk “di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel” (19:28). Sebagai seorang ibu, Ibu Zebedeus ingin kedua putranya berada di tempat tertinggi.
Kita mungkin memandang buruk “ambisinya” dan bertanya, “Wow, mengapa ia meminta sesuatu yang begitu egois untuk anak-anaknya?” Namun, Yesus tidak pernah menegur Ibu Zebedeus karena keinginannya ini. Malah, Dia memberi tahunya apa yang diperlukan untuk menjadi yang terbesar di Kerajaan-Nya.
Sebagai orangtua, wajar bila kita mendambakan hal-hal besar bagi anak-anak kita. Tidak ada yang salah dengan itu. Kuncinya adalah mengetahui apa arti kebesaran, yang membawa kita ke poin berikutnya.
Sebagai orangtua, wajar bila kita mendambakan hal-hal besar bagi anak-anak kita. Tidak ada yang salah dengan itu. Kuncinya adalah mengetahui apa arti kebesaran.
3. Penemuannya tentang Apa Arti Kebesaran
Yesus menjawab: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” (Matius 20:22).
“Cawan” adalah simbol penderitaan (lihat 26:39). Yesus berkata kepada Ibu Zebedeus dan putra-putranya: “Memang tidak salah menginginkan hal-hal besar, tetapi tahukah kalian bahwa hal-hal besar itu diikuti dengan penderitaan?”
Kehebatan di dunia ini ditentukan oleh kemewahan, kenyamanan, ketenaran, dan kemakmuran. Namun, kebesaran di Kerajaan Allah berarti penderitaan dan aniaya.
Yesus juga berkata, “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu” (20:25-27).
Menjadi orangtua adalah mempersiapkan anak-anak kita untuk menderita dan melayani Kerajaan Kristus!
Sekali lagi, di dunia ini, kebesaran ditentukan dari kemampuan seseorang untuk mendominasi, memerintah, dan mengendalikan orang lain. Namun, kebesaran dalam Kerajaan Kristus justru sebaliknya. Hal itu terlihat dalam bentuk pelayanan yang rendah hati.
Yesus mengakhiri dengan mengatakan: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (ayat 28). Jika kita ingin menjadi besar dalam Kerajaan Kristus, maka kita harus siap untuk menderita dan melayani. Menjadi orangtua adalah mempersiapkan anak-anak kita untuk menderita dan melayani Kerajaan Kristus!
Kebesaran untuk Anak-Anak Kita
Setiap orangtua menginginkan hal-hal besar untuk anak-anaknya. Saking inginnya, bahkan ada ibu yang sampai menjadi “Tiger Mom” (“Ibu Macan”). Tiger Mom itu tipe orangtua yang mengharapkan dan memberikan standar tinggi kepada anak-anak mereka, terutama dalam hal prestasi akademis.
Namun, Ibu Zebedeus tidak seperti itu. Ia tidak ingin anaknya hebat dalam hal-hal duniawi, atau agar mereka terkenal, kaya, atau hidup enak. Ia meminta kebesaran dalam Kerajaan Kristus. Ia berkata, “Tuhan, aku tidak meminta mereka menjadi besar di dunia ini, tetapi agar mereka menjadi besar di dunia-Mu. “
Tidak salah jika orangtua menginginkan anak-anak mereka berprestasi dalam bidang akademis. Namun, tujuannya bukan agar mereka mendapatkan pekerjaan dan karir yang hebat, hingga melupakan Kerajaan Surga.
Ada ungkapan yang berkata: “Sebagai orangtua, prioritas saya adalah menolong anak masuk surga mulia, bukan masuk sekolah ternama.” Salahkah menginginkan anak masuk ke perguruan tinggi ternama? Atau ke sekolah favorit? Tidak. Tentu boleh jika anak kita bisa masuk ke perguruan tinggi ternama dan juga masuk surga. Namun, tidak jika prestasi itu mengorbankan keselamatan mereka.
Tidak salah jika orangtua menginginkan anak-anak mereka berprestasi dalam bidang akademis. Namun, tujuannya bukan agar mereka mendapatkan pekerjaan dan karir yang hebat, hingga melupakan Kerajaan Surga.
Apa masalahnya jika mereka masuk ke perguruan tinggi ternama? Apa masalahnya jika mereka mendapat pekerjaan yang baik? Apa masalahnya jika mereka meraih sebanyak mungkin yang mereka bisa di dunia ini? Ingatlah, Yesus berkata, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya?” (Markus 8:36). Selain itu, 1 Yohanes 2:17 mengatakan: “Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”
Ibu Zebedeus memahami hal ini. Ia memilih mengarahkan pandangannya kepada apa yang benar. Karena itu ia meminta kepada Yesus: “Tuhan, berikan anak-anakku kebesaran di dalam Kerajaan-Mu.”
Bagaimana dengan kita? Akankah kita mendoakan hal ini untuk anak-anak kita: supaya mereka akan menjadi besar dalam Kerajaan Kristus melalui penderitaan dan pelayanan?
Pola Asuh dalam Kerajaan Kristus
Yakobus akhirnya menjadi rasul pertama yang mati martir karena imannya (lihat Kisah Para Rasul 12:1-2), sedangkan Yohanes dibuang ke pulau Patmos (Wahyu 1:9). Seolah-olah Allah dengan sengaja mengizinkan kedua putra Zebedeus ini menjadi pembuka dan penutup dari kisah pelayanan para rasul.
Kematian dan pengasingan anak-anaknya pasti membuat hati Ibu Zebedeus sedih. Namun, saya sangat yakin hari ini, Ibu Zebedeus, Yakobus, dan Yohanes bersukacita karena mereka mendapat kesempatan istimewa untuk menderita bagi Yesus.
Sebagai orangtua, mungkin kita merasa sulit melepaskan anak-anak kita. Begitu banyak hal yang mengkhawatirkan! Akan tetapi, mengasuh anak di jalan Tuhan berarti percaya bahwa yang terbaik bagi anak-anak kita adalah hidup mereka mengikut Yesus. Ketika kita mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita ingin anak-anak kita hidup untuk sesuatu yang dapat bertahan selamanya—yaitu kerajaan kekal, dan bukan dunia yang fana saat ini.
Mengasuh anak di jalan Tuhan berarti percaya bahwa yang terbaik bagi anak-anak kita adalah hidup mereka mengikut Yesus.
Inilah saatnya untuk menyesuaikan kembali cara kita mengatur kehidupan anak-anak kita. Aktivitas, jadwal, dan rutinitas apa yang perlu diprioritaskan? Jika kelak anak-anak kita datang kepada kita dan berkata, “Ibu, Ayah, aku tahu aku punya gelar sarjana dari universitas yang bagus dan bisa mendapat pekerjaan bergaji besar, tetapi aku ingin pergi ke Afrika dan melayani di sana,” saya berharap kita bersedia melepas anak-anak kita pergi melayani.
Di dunia ini, mudah bagi kita untuk melupakan apa yang nyata dan yang tidak. Dunia ini akan berlalu, tapi orang yang melakukan kehendak Allah akan tetap hidup selamanya.
Kiranya Tuhan menolong kita semua—termasuk saya sendiri—untuk mengubah cara kita memandang anak-anak kita. Kiranya Dia menolong kita mengubah cara kita mengasuh anak. Kiranya kita, dengan rahmat Allah, memiliki anak-anak yang mengenal kasih Tuhan dan mengasihi-Nya.
Kiranya kita berdoa seperti ini setiap kali: “Tuhan, biarlah anak-anakku menjadi bagian Kerajaan-Mu dan jadikanlah mereka besar dalam Kerajaan-Mu itu.”
Artikel ini diadaptasi dari khotbah Jason Lim dan digunakan dengan izin. Versi asli bahasa Inggris dapat dibaca di sini.