5 pesan penting yang dapat orangtua sampaikan kepada putra-putri mereka.
Banyak orangtua merasa canggung membicarakan topik seks dengan anak-anak mereka. Bahkan sewaktu mencoba melakukannya, kadang-kadang mereka tidak tahu apa yang harus dikatakan. Akibatnya, orangtua menyerahkan urusan pendidikan seks ini ke tangan pihak sekolah.
Namun, pendidikan seks bukan hanya mengenai menyampaikan fakta dan pengetahuan, melainkan perlu disampaikan dari sisi nilai-nilai dan keyakinan kita juga. Sebagai orangtua Kristen, kita perlu mengambil tanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai alkitabiah mengenai cinta, seks, dan pernikahan kepada putra-putri kita.
Berikut adalah beberapa pesan penting yang dapat menjadi fokus kita.
- Laki-laki, Perempuan, dan Seks adalah Bagian dari Rencana Allah
Pada mulanya, Allah menciptakan satu laki-laki dan satu perempuan, dan menyerahkan mereka kepada satu sama lain dalam pernikahan yang mula-mula. Mereka menjadi satu daging untuk seumur hidup mereka (Kejadian 2:22-24). Kebenaran ini sangat penting bagi kita untuk memahami definisi pernikahan: Pernikahan hanya dilakukan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, mereka berbaring bersama (yaitu melakukan hubungan seksual), dan mereka tetap bersama seumur hidup.
Juga jelas bahwa salah satu tujuan Allah untuk seks dan pernikahan adalah beranak cucu (Kejadian 9:7). Anak-anak yang dilahirkan dalam konteks komitmen pernikahan seumur hidup adalah anugerah dari TUHAN (Mazmur 127:3). Tentu saja, ini tidak berarti Allah melupakan pasangan tanpa anak—baik karena alasan medis atau alasan lain di luar kendali mereka. Allah mungkin memiliki rencana yang unik bagi pernikahan mereka dan tentunya akan memberkati serta menggunakan pernikahan mereka bagi kemuliaan-Nya.
Tujuan lain dari pernikahan adalah agar suami dan istri menjadi penolong satu sama lain (Kejadian 2:18) dalam menyelesaikan misi yang telah Allah berikan kepada mereka. Oleh sebab itu kita perlu mendorong putra-putri kita untuk berdoa dan mencari panggilan Allah dalam hidup mereka, dan untuk memilih pasangan hidup yang memiliki panggilan yang selaras atau melengkapi panggilan anak-anak kita.
Namun, berhati-hatilah, kita tidak boleh mengabaikan karunia hidup melajang atau selibat (1 Korintus 7:7), yang mungkin telah Allah tempatkan dalam kehidupan beberapa anak kita. Hal ini perlu terus didoakan dan diafirmasi oleh orangtua, penatua, atau para pemimpin rohani, dengan Allah sendiri sebagai penolong mereka (Mazmur 54:4).
- Pernikahan dan Seks adalah Karunia Allah bagi Kita
Kita tidak perlu merasa malu saat membicarakan seks dalam pernikahan (Kejadian 2:25). Sesungguhnya, pernikahan memang dimaksudkan sebagai sesuatu yang indah dan dapat dinikmati suami dan istri, seperti yang kita baca dalam beberapa bagian Alkitab seperti Amsal 5:18-19 dan Kidung Agung 7:6-12.
Selain itu, melalui pernikahan, Allah telah mengaruniakan bagi kita seseorang yang akan mendampingi kita dalam kaya maupun miskin, dalam suka maupun duka. Bertentangan dengan apa yang diyakini budaya populer, cinta tidak bertujuan untuk memanjakan diri sendiri dan mencari kesenangan. Sebaliknya, kita harus menunjukkan kasih sejati di dalam pernikahan seperti yang diteladankan oleh kasih Kristus yang rela berkorban bagi kita (Efesus 5:21-33).
- Ada Waktu untuk Segala Hal
Mengingat remaja mulai berpacaran pada usia semakin muda, kita harus memperingatkan putra-putri kita agar tidak menumbuhkan cinta atau hasrat untuk berpacaran sebelum mereka benar-benar siap (Kidung Agung 8:4). Sekarang ini, kita dikelilingi media yang membangkitkan percintaan. Kita perlu menasihati putra-putri kita untuk membatasi membaca atau menonton roman. Kita juga perlu mendorong mereka untuk menahan diri dari mengikuti kehidupan percintaan para selebriti, karena hal-hal ini dapat memicu hasrat tertentu dalam diri mereka.
Ketika mereka akhirnya mulai berpacaran, dengan persetujuan orangtua mereka, mereka harus menetapkan dan mematuhi batasan-batasan keintiman fisik. Mereka perlu memahami bahwa seks hanya boleh dinikmati di dalam pernikahan dan apa pun di luar pernikahan adalah perzinahan (Keluaran 20:14). Sebaliknya, selama masa persiapan, mereka harus fokus untuk menumbuhkan pengetahuan dan kasih mereka akan Allah, melatih dan memperlengkapi diri untuk pekerjaan atau pelayanan yang sesuai panggilan Allah bagi mereka, dan mengembangkan kematangan buah Roh melalui pelayanan di tengah keluarga, di gereja, dan di masyarakat.
- Sang Musuh Juga Memiliki Rencana
[Iblis] datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan (Yohanes 10:10) hidup dan panggilan anak-anak kita dari Allah. Dia berjalan berkeliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8). Oleh sebab itu, kita harus menjelaskan kepada anak-anak kita bahwa batasan dimaksudkan untuk melindungi dan bukan untuk membatasi mereka.
Budaya dunia mempromosikan segala jenis penyimpangan dari rancangan Allah untuk cinta, seks, dan pernikahan. Pernikahan sesama-jenis, seks sebelum menikah, pornografi adalah sedikit contohnya. Semua ini sering kali mengakibatkan rusaknya kehidupan dan keluarga, sehingga tujuan hidup yang telah diberikan Allah kepada kita tak dapat terpenuhi.
Namun, di dalam Allah, anak-anak kita dapat melawan pencobaan (1 Korintus 10:13). Dengan pertolongan Firman-Nya dan Roh Kudus yang tinggal di dalam mereka, putra-putri kita dapat mati terhadap keinginan daging mereka dan melawan arus budaya populer. Kita juga perlu mendukung mereka dengan selalu siap sedia untuk berkomunikasi dengan mereka, sehingga mereka dapat menghampiri kita untuk meminta nasihat, doa, dan dorongan setiap kali mereka lemah dan tergoda.
- Ada Harapan untuk Penebusan dan Pemulihan
Meski demikian, akan ada saatnya anak-anak kita jatuh dalam pencobaan. Jika itu terjadi, marilah kita mengikuti teladan Kristus saat Dia memperlakukan perempuan yang berzina (Yohanes 8:1-11). Alih-alih mengutuk dan mempermalukan anak-anak kita, marilah kita memberikan pengampunan dan belas kasihan kepada mereka, dan terus mendampingi sementara mereka berjalan menuju pemulihan dan restorasi.
Jika anak-anak yakin bahwa kita mengasihi mereka tanpa syarat, barulah mereka bersedia untuk bercerita kepada kita saat mereka jatuh dalam dosa seksual. Penting bagi mereka untuk merasa nyaman bercerita kepada kita, sehingga dosa atau kelemahan apa pun yang tersembunyi dalam kegelapan akan disingkapkan oleh terang penebusan Allah. Setelah hal ini terjadi, mereka kemudian dapat bangkit dan memulai yang baru, sesuai dengan rencana Allah bagi kehidupan mereka.
Cinta, Seks, dan Pernikahan: Apa yang Harus Dikatakan dan Bagaimana?
Berikut adalah pesan-pesan penting yang perlu kita bagikan kepada anak-anak kita ketika berbicara dengan mereka mengenai cinta, seks, dan perkawinan:
- Allah merancang seks dan pernikahan untuk pasangan laki-laki dan perempuan saja.
- Pernikahan adalah komitmen seumur hidup.
- Seks adalah karunia yang dapat dinikmati hanya di dalam pernikahan.
- Tidak ada yang memalukan mengenai seks antara suami dan istri.
- Hamil boleh terjadi kalau sudah menikah.
- Hidup melajang adalah karunia Allah bagi beberapa orang.
- Kasih Yesus yang rela berkorban adalah contoh kasih sejati antara suami-istri.
- Jangan membangkitkan cinta jika kita belum siap.
- Tetapkan batasan untuk keintiman fisik dalam berpacaran.
- Waspada dan kenalilah kebohongan dan penyimpangan terhadap rancangan Allah dalam budaya populer.
- Bertahanlah terhadap pencobaan dengan pertolongan Allah dan dukungan keluarga.
- Pengampunan dan kasih karunia ada di dalam Dia—Allah dapat memulihkan kerusakan seksual, membawa kesembuhan dan pemulihan.
Ini adalah beberapa tip praktis tentang bagaimana kita dapat menyampaikan pesan-pesan penting tersebut kepada anak-anak kita:
- Bersepakatlah dengan pasangan Anda sehingga Anda dapat meneladankan apa artinya menjadi satu daging. Pikirkan terlebih dulu apa yang perlu Anda berdua ajarkan kepada putra-putri Anda.
- Memberikan pendidikan seks adalah proses berkelanjutan, bukan percakapan satu kali. Kenali momen-momen yang bisa muncul kapan saja, yang dapat Anda manfaatkan untuk menyampaikan pengajaran.
- Mulailah sedini mungkin. Ulangilah pesan yang sama selama bertahun-tahun, dan semakin diperdalam seiring dengan meningkatnya pemahaman si anak.
- Fokus pada membangun relasi dengan anak-anak Anda dan bukannya pada menegakkan peraturan. Jika relasi orangtua dan anak sehat serta penuh kasih, anak-anak akan lebih rela untuk tunduk kepada otoritas orangtua.
- Perkuat ikatan orangtua-anak pada saat konflik atau krisis. Alih-alih merendahkan mereka, luangkan waktu untuk mendengarkan perspektif dan pergumulan mereka.
- Jadilah teladan dan praktikkan kasih yang rela berkorban dalam pernikahan Anda sendiri.
- Bersikap terbuka untuk mendiskusikan apa saja. Jangan bereaksi berlebihan ketika mereka melontarkan pertanyaan yang bersifat sensitif.
- Berhati-hatilah untuk tidak menghakimi perilaku teman-teman mereka tanpa benar-benar memahami situasi yang terjadi serta motif mereka.
- Anda tidak perlu melakukannya seorang diri. Carilah nasihat kepada pemimpin gereja atau orangtua lain dan saling berbagi tip dengan mereka.
- Orangtua tunggal dapat mencari orang dewasa yang dapat dipercaya untuk membimbing anak-anak Anda. Hal ini berguna jika anak Anda berbeda gender dengan Anda, dalam hal ini, carilah seseorang yang bergender sama dengan anak Anda.
- Carilah sumber-sumber yang tepat. Ada banyak pelayanan Kristen yang mengadakan pelatihan, dan mengeluarkan atau mengulas sumber alkitabiah tentang topik cinta, seks, dan pernikahan untuk orangtua dan anak-anak mereka.