Berbicara dengan anak tidaklah mudah. Bagaimana membuat mereka merasa cukup aman sehingga mau berbagi dengan kita sebagai orangtuanya.
Sewaktu masih kanak-kanak, mungkin Anda pernah punya nama julukan. Nama itu dapat membuat Anda merasa …
Menuntun anak sama halnya dengan mendeklarasikan dan mendemonstrasikan kasih Allah Bapa kepada mereka.
Untuk menuntun anak-anak dengan bijak, kita perlu membereskan perasaan tidak aman kita sendiri. Demi menghindari menuntun anak-anak ke jalan yang penuh kompromi.
Berbicara dengan anak tidaklah mudah. Bagaimana membuat mereka merasa cukup aman sehingga mau berbagi dengan kita sebagai orangtuanya.
Sewaktu masih kanak-kanak, mungkin Anda pernah punya nama julukan. Nama itu dapat membuat Anda merasa canggung dan sangat malu, atau sebaliknya, membuat Anda membusungkan dada dengan rasa bangga dan puas diri. si Kidal, si Pendek, si Jangkung, si Pintar—tidak ada habis-habisnya julukan yang saling dilontarkan anak-anak, baik yang menyanjung atau yang merendahkan. Sejak kelas lima, karena memakai kacamata, saya pun…
Menuntun anak sama halnya dengan mendeklarasikan dan mendemonstrasikan kasih Allah Bapa kepada mereka.
“Jalani saja hidup ini dari sehari ke sehari, kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Ini kesaksian Vanneta, ibu dengan anak yang menderita gangguan sistem saraf.
"Tuhan pasti akan terus memampukanku dan terus campur tangan dalam kehidupan keluarga kami.” Kesaksian Mardiana, ibu seorang anak yang menderita hydrocephalus.
Hatiku selalu membuncah penuh syukur dalam setiap pencapaian yang berhasil diraih anakku. Kesaksian Rosita Siregar, ibu seorang anak yang menderita tunagrahita.
Tidak satu pun orangtua yang ingin atau tega melihat anaknya gagal. Lalu bagaimana kita menyikapi kegagalan yang terjadi dalam hidup anak-anak kita?
Cinta seorang ibu itu indah tapi sulit diungkapkan rasanya. Cinta yang penuh kontradiksi, tetapi tulus tak bersyarat.
Menghadapi anak yang beranjak remaja, tidaklah mudah. Letupan emosi & perdebatan, menguji kesabaran orangtua. Perlu hikmat Allah dan karunia pengendalian diri.
Setiap orang memasuki mahligai pernikahan dengan serangkaian pengharapan: menikmati kebahagiaan, rasa aman, dan keintiman. Kobarkan kembali janji pernikahan.
Kata-kata yang menusuk hati berpotensi menghancurkan pernikahan. Dibutuhkan cara yang tepat untuk mengatasi hati yang telanjur luka dan meredam konflik.
Di masyarakat yang menganggap perselingkungan itu biasa, usaha melindungi pernikahan dari pelanggaran kepercayaan atau pedihnya ketidaksetiaan terasa begitu berat.
Karenanya, kami berkomitmen mendampingi Anda dengan menyediakan materi-materi yang menguatkan dan menginspirasi keluarga.
Dapatkan informasi mengenai materi-materi baru berikutnya melalui e-mail.
021-2902 8950
0819 0787 8998
hikmat-keluarga@odb.org