Sebagai orangtua, kita perlu lebih dulu mengatasi perasaan tidak aman kita sendiri. Setelah itu, barulah kita dapat menolong anak-anak kita untuk tetap teguh menghadapi tekanan teman-teman sebaya dan norma-norma sosial.
Setelah ruangan hampir kosong, Shannon pun menghampiri saya.
“Aku punya pertanyaan…” ia memulai. Kami baru menyelesaikan sesi pendalaman Alkitab wanita, dan saya tinggal lebih lama untuk bersih-bersih. Sementara kami berdiri di sana, ia bercerita kepada saya, sehingga saya dapat mengenalnya lebih baik. Selama ini kami hanya saling menyapa seadanya. Ia tahu bahwa saya dan suami sudah beberapa tahun melakukan pelayanan remaja. Sekarang putri pertamanya hampir memasuki usia pra remaja, dan sang ibu mencemaskan tahun-tahun remaja yang mendekat.
Shannon sedang bingung apakah ia akan mengizinkan putrinya melakukan semua yang dilakukan teman-teman sebayanya agar ia dapat diterima, ataukah ia akan membimbing sang putri untuk hidup sesuai dengan perintah Allah.
Sementara ia mempertimbangkan pilihan-pilihannya, Shannon kembali teringat bagaimana ia telah ditolak sewaktu remaja dulu. Ia tidak ingin putrinya merasa kesepian, atau tidak diterima. Ia khawatir kalau ia tidak mengizinkan putrinya melakukan hal-hal yang mendukakan Allah seperti yang dilakukan remaja-remaja lainnya, ia akan membuat putrinya diasingkan dan tidak punya teman.
Saya pun menceritakan pengalaman-pengalaman pelayanan kami kepada Shannon. Saya juga meyakinkan sang ibu bahwa lebih penting bagi kita untuk menolong anak-anak remaja kita menghargai perintah Allah. Keinginan anak-anak remaja untuk menjadi populer dan diterima oleh teman-teman mereka adalah wajar, tetapi sebagai orangtua kita perlu terus mengingatkan mereka. Apakah kepopuleran itu dicapai dengan mencontek demi nilai yang bagus, misalnya, atau ikut pesta hingga larut malam demi diterima oleh kelompoknya, atau bahkan berpacaran melebihi batas? Apakah ada perintah Allah yang dikompromikan demi kepopuleran dan penerimaan yang mereka inginkan itu?
MARI KITA MENOLONG ANAK-ANAK KITA UNTUK MEMEGANG NILAI-NILAI KERAJAAN ALLAH
Sekarang ini saya dan Scott sudah memiliki lebih dari lima tahun pengalaman dalam pelayanan pemuda. Namun, meski anak-anak kami sendiri sudah hampir dewasa, kami masih jauh dari mengetahui semua jawaban.
Tak pernah mudah untuk mengambil sikap yang berlawanan dengan budaya kompromi. Perbedaannya sangat besar dan membingungkan, terutama ketika anak-anak kita menyaksikan bahwa sebagian dari orang-orang yang dengan santai mempraktikkan budaya kompromi itu adalah mereka yang mengaku membawa nama Kristus. Meski begitu, sebagai orangtua kita bertanggung jawab untuk menolong anak-anak kita menghargai kerajaan Allah, yang tidak dapat mereka lihat dengan mata mereka sendiri.
Bukan cuma sekali kami menghadapi anak-anak kami yang tergoda untuk merebut hati teman-teman mereka dan bukan perkenanan Allah.
Kadang-kadang, masalahnya sepele, dan keinginan mereka untuk mengikuti tren terbaru tidak berbahaya. Pada kesempatan lain, kami terpaksa menatap mereka sementara wajah mereka bersimbah air mata dan berkata: “Kami tahu dengan memintamu untuk tidak mengikuti teman-temanmu, itu artinya kami sedang memintamu melakukan sesuatu yang sangat sulit. Tapi kalau kami tidak yakin bahwa inilah yang terbaik untuk dilakukan, kami tidak akan memintamu untuk menerima tantangan ini.”
MARILAH KITA MENGAJARI MEREKA UNTUK MENGHARGAI HATI ALLAH
Meskipun dalam perkembangan anak-anak kita ada saatnya kita meminta mereka untuk mengikuti petunjuk-petunjuk kita karena otoritas spiritual yang kita miliki sebagai orangtua mereka, sejatinya tujuan utama kita adalah mengajari mereka untuk menghargai hati Allah dan bukannya kesenangan dunia ini setiap kali mereka akan mengambil keputusan, jauh sebelum mereka meninggalkan rumah kita. Bagaimanapun juga, menjadi pengikut Kristus bukanlah tentang membuat daftar peraturan, melainkan tentang mengasihi Allah. 1 Yohanes 2:15-17 mengingatkan kita:
“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”
Kita tidak dapat berpegang pada hal-hal yang dunia ini hargai dan pada saat yang sama juga mengasihi Yesus. Sesungguhnya, Yesus telah mempersiapkan murid-murid-Nya untuk menghadapi perasaan tidak cocok yang akan mereka rasakan terhadap budaya di sekeliling mereka. Yesus berkata: “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.”
TIDAK MUDAH, TETAPI PENTING
Akan ada saatnya ketika anak-anak kita mengerti mengapa kita meminta mereka untuk menempuh jalan yang sulit dan memilih tidak mengikuti cara teman-temannya. Namun, ada saatnya juga ketika mereka tidak mengerti.
Ketika mereka menolak instruksi kita yang penuh kasih, marilah kita tetap kuat dan berusaha untuk menolong mereka mengarahkan pandangan mereka pada inti masalah yang sesungguhnya, yakni hubungan yang harmonis dengan Yesus Kristus.
Amsal 19:18 terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari menasihati kita: “Tertibkan anakmu selama masih ada harapan; kalau tidak, berarti kau menginginkan kehancurannya.” Menggembalakan dengan cara yang benar tidaklah selalu nyaman dan bebas dari rasa sakit, tetapi perlu untuk dilakukan.
Jika kita sungguh-sungguh percaya bahwa “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan” tetapi Allah ingin “mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dengan segala kelimpahan” (Yohanes 10:10), maka kita akan bersedia meluangkan waktu dan energi untuk membimbing anak-anak kita dan bertukar pikiran dengan mereka untuk menolong mereka melihat hikmat dalam mengikuti jalan-jalan Allah yang akan memelihara kesehatan fisik, emosional, dan rohani mereka.
KITA PERLU MELIHAT MASALAHNYA DENGAN JELAS LEBIH DULU
Jika kita ingin menuntun anak-anak kita dengan bijak, kita perlu bersedia untuk membereskan perasaan tidak aman kita sendiri.
Apabila kita memandang pergumulan mereka melalui luka-luka kita sendiri, kita mungkin tergoda untuk mengabaikan masalah yang perlu ditangani, atau tergoda untuk menghindari percakapan yang sulit dengan anak-anak kita. Kita tidak boleh memandang enteng dampak penerimaan yang diterima anak-anak kita terhadap diri kita sendiri.
Dengan kata lain, kita merasa tervalidasi ketika anak-anak kita mendapat atau mencapai sesuatu yang kita sendiri tidak dapatkan atau raih. Jika kita membiarkan diri kita dituntun oleh kebutuhan kita sendiri akan persetujuan orang lain, maka kemungkinan besar kita akan menuntun anak-anak kita ke jalan yang penuh kompromi. Amsal 28:26 mengatakan, “Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal, tetapi siapa berlaku dengan bijak akan selamat.”
Ketika hati kita berusaha meyakinkan kita bahwa nilai kita—atau nilai anak-anak kita—dapat ditemukan dalam menirukan apa yang dianggap baik oleh budaya modern, kita perlu bersandar pada hikmat Roh Kudus. Seperti tokoh kebangkitan asal Amerika Utara, Jonathan Edwards, hendaknya kita berseru, “Tuhan, meteraikan kekekalan pada bola mataku.” Hanya dengan begitu kita dapat tahu apa yang kita lihat.
Artikel ini pertama kali dimuat di Biblical Wisdom for Parents © Our Daily Bread Ministries.
https://biblical-parenting.org/
Yuk berjalan berdampingan untuk
Menjadi Orangtua Sebaik yang Kita Bisa.
Kami akan menampilkan artikel, kesaksian, dan tips-tips parenting setiap minggunya.