Tidak Genting, Tapi Sangat Penting

Saya tidak akan melupakan saat seorang teman baik yang telah saya kenal sejak SD, menjawab pertanyaan dari anak perempuannya yang berusia 8 tahun. Saat itu saya baru melahirkan anak kedua saya. Teman saya, Grace, dan anaknya, Rachel, datang menengok kami di rumah. Rachel bertanya kepada mamanya, “Ma, punya bayi seperti Aunty gimana caranya? Aku juga mau”. Ini jawaban Grace: “Nanti kalau sudah besar baru bisa (punya bayi). Dokter bakal ngeluarin sesuatu kaya balon dari mulut kamu, terus ditiup sampai balonnya cukup besar. Lalu dokter bakal bikin kepala, tangan dan kaki dari balon itu. Jadi deh bayi.” Saya hanya bisa menatap Grace dengan terbelalak, bingung harus berkata apa. Dengan santai ia membalas tatapan saya dengan tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.

Kejadian itu membuat saya galau. Saya tahu jawaban Grace jelas ngawur, tapi saya sendiri tidak yakin akan jawaban yang tepat. Saya merasa perlu menelpon Grace, namun memutuskan untuk menundanya sampai saya dapat membagikan lebih dari sekedar kegalauan.

Grace adalah seorang ibu Kristen yang sangat mengasihi anaknya. Mengapa ia memberikan jawaban seperti itu? Ketika kami bertemu kembali setelah kejadian itu, Grace menjelaskan alasannya: “Aku khawatir ia masih terlalu kecil buat ngerti hal-hal semacam itu. Lagipula, rasanya ngga nyaman membicarakannya.”

Dalam refleksi yang kami lakukan, kami sadar pertanyaan serupa sangat mungkin akan kembali ditanyakan oleh anak-anak kami. Lalu, bagaimana kami harus menjawabnya? Dengan mengatakan, “Belum waktunya, kamu masih kecil,” tidak akan cukup. Anak-anak usia 8-13 tahun penuh rasa ingin tahu mengenai seksualitas. Jika kami menghindar, mereka akan mencari tahu sendiri, entah dari teman, internet, atau media lain yang berisiko memberikan jawaban yang menyesatkan.

Saya juga sempat bercerita kepada Grace bagaimana dulu orang tua saya tidak pernah membicarakan soal ini. Akibatnya, saya tumbuh dengan banyak asumsi yang tidak tepat dan merasa seksualitas bukanlah hal yang perlu dibicarakan dengan anak-anak. Saya tidak ingin anak-anak saya mengalami hal yang sama. Apalagi, sekarang anak-anak bisa dengan sangat mudah mencari dan menemukan informasi tentang segala hal dari gawai mereka.

Kami mulai merenungkan apa yang dikatakan firman Tuhan tentang mendidik anak. Dalam Amsal 22:6 tertulis: “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”

Saya & Grace dikuatkan. Memberikan pemahaman yang benar tentang tubuh dan seksualitas bukanlah tindakan yang tergesa-gesa atau tidak sopan. Justru, itu adalah bagian dari tugas kita sebagai orang tua Kristen: mengajarkan kebenaran sejak dini, agar anak-anak tidak tersesat oleh pengaruh dunia.

Kami memutuskan untuk mulai berbicara dengan anak-anak kami tentang tubuh dan seksualitas. Bukan dengan cara “ceramah” panjang, tetapi melalui percakapan sehari-hari yang sederhana.

Kami mulai dengan beberapa topik sederhana yang mudah dipahami, seperti:

Tubuh kita adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa

Saat melihat ibu hamil atau bayi yang baru lahir, sebelum mereka bertanya, ambil kesempatan untuk berbicara, “Lihat bagaimana Tuhan menciptakan tubuh kita dengan luar biasa. Seorang bayi bertumbuh di dalam perut ibunya selama 9 bulan, kemudian dilahirkan dan akan terus bertumbuh hingga dewasa. Hanya seorang ibu yang dapat mengandung.”

Topik ini juga bisa dibahas ketika anak menyaksikan atau mempelajari suatu keterampilan baru, misalnya ketika adiknya mulai berjalan, atau ketika si anak sendiri belajar berenang atau menari.

Laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda oleh Tuhan sesuai dengan rancangan-Nya

Saat anak mendekati pubertas, atau saat suara saudara laki-laki/temannya mulai berubah, ambil kesempatan untuk mempersiapkan mereka menghadapi perubahan-perubahan yang akan mereka alami. “Tidak lama lagi, kamu akan mengalami perubahan pada tubuhmu, karena kamu sedang bertumbuh. Tuhan merancang tubuhmu dengan begitu hebat sehingga kamu bertumbuh dari anak kecil menjadi remaja.” Teruskan dengan menjelaskan perubahan-perubahan yang akan terjadi pada anak perempuan dan laki-laki, dan apa yang akan mereka rasakan dan alami. Tenangkan mereka untuk tidak merasa takut atau malu, dan yakinkan bahwa mereka bisa berbicara dengan kita atau bertanya tentang apapun.

Seksualitas yang Kudus Sesuai Kehendak Allah

Saat ada kerabat atau teman yang menikah, atau saat melihat foto atau video pengantin, ambil kesempatan untuk berbicara tentang konsep pernikahan Kristen dan seksualitas sebagai anugerah Tuhan dalam konteks pernikahan yang kudus.

Mengapa kita perlu mencari kesempatan-kesempatan seperti ini? Pertama, karena anak-anak lebih mudah menerima saat percakapan sifatnya alami dan spontan. Kedua, mereka lebih mudah melihat kaitan antara pembicaraan dengan apa yang mereka alami sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, mereka akan dapat memberikan makna dan menarik pelajaran dari peristiwa yang mereka alami.

Mengingat Firman Tuhan yang mengatakan, “… haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ul. 6:7), kami sadar bahwa pembicaraan dengan anak mengenai seksualitas bukanlah pembicaraan yang terjadi sekali, lalu selesai. Kita perlu terus mencari kesempatan untuk melakukannya dengan kasih dan kesabaran.

Seiring berjalannya waktu, kami melihat perubahan pada anak-anak kami. Mereka mulai lebih terbuka berbicara, tidak hanya soal tubuh dan seksualitas tapi juga tentang pikiran dan perasaan mereka. Kami belajar bahwa keberanian kami untuk memulai percakapan dengan penuh kasih membuat mereka merasa aman.

Percakapan tentang seksualitas ternyata bukan hanya soal pengetahuan, tetapi juga soal membangun rasa percaya antara orang tua dan anak. Kami belajar bahwa kami tidak harus menunggu momen “tepat”, tapi justru menjadikan ini sebagai bagian dari percakapan sehari-hari yang membuat anak-anak lebih nyaman.

Bagi Anda, para orang tua Kristen yang mungkin merasa bingung atau ragu, izinkan saya berbagi: Kita tidak perlu tahu semua jawaban dengan sempurna. Yang penting adalah kesediaan kita untuk hadir dan berbicara dengan kasih.

“Tuhan, berikan kami hikmat dan keberanian untuk berbicara tentang seksualitas kepada anak-anak kami dengan cara yang benar dan penuh kasih. Ajari kami untuk tidak diam, tetapi menjadi sumber kebenaran bagi mereka. Amin.”

Yuk, berjalan berdampingan untuk

menjadi orang tua sebaik yang kita bisa.

Klik untuk SUBSCRIBE