“Anakku harus ambil jurusan IPA, jangan seperti anak temanku yang ambil jurusan IPS,” kata seorang ibu.

“Anakku harus masuk 5 besar di kelasnya, jangan sampai kalah dengan anak tetangga,” kata ibu lainnya.

“Aku ingin anakku ambil jurusan keren seperti kedokteran atau arsitek,” kata orangtua yang mengagung-agungkan gengsi.

Tentunya wajar apabila sebagai orangtua kita ingin memberikan yang terbaik kepada anak-anak dan ingin anak-anak kita memperoleh yang terbaik dalam kehidupan mereka. Namun, sering kali kita lebih ingin “menempatkan” anak di posisi yang lebih tinggi daripada anak orang lain tanpa mempertimbangkan minat, bakat, dan kemampuan anak. Jika sudah begini, kita sedang terjebak dalam persaingan yang tidak sehat di antara orangtua.

Mengapa ada Orangtua yang Cenderung Menjadikan Anak Sebagai Objek Persaingan.

Seolah-olah anak menjadi trofi kemenangan bagi orangtua. Kenyataannya memang tidak sedikit orangtua yang menganggap pencapaian anak menentukan gengsi, sehingga orangtua ingin anaknya memiliki pencapaian atau meraih posisi yang lebih baik daripada anak lain. Semakin baik pencapaian anak, semakin naik gengsi sang orangtua dibandingkan orangtua lainnya.

Namun, sebenarnya untuk apa kita memperoleh gengsi yang tinggi tapi dengan “mengorbankan” anak? Untuk apa kita berlomba-lomba mengirim anak-anak kita bersekolah ke luar negeri hanya karena kita ingin dianggap sebagai orangtua yang mampu dan bonafide, dan bukan karena sepenuhnya demi anak-anak kita semata?

Ada juga orangtua yang membanding-bandingkan pencapaian anaknya dengan pencapaian anak orang lain. Jika tujuannya untuk memotivasi dan menyemangati anaknya, tentu itu sesuatu yang positif. Namun, jika tujuan membanding-bandingkan itu dengan motivasi bahwa anaknya “tidak boleh kalah” dari anak orang lain, apakah itu masih sesuatu yang positif?

Sebaliknya,bagaimana jika ada orangtua yang menilai anaknya lebih baik daripada anak kita? Dalam hal ini kita tidak perlu berkecil hati. Kita tidak dapat mengatur dan mengendalikan orangtua lain dalam berpendapat, tetapi kita dapat mengontrol bagaimana cara kita untuk merespons hal tersebut dengan sikap yang bijaksana.

Setiap Anak adalah Karunia Tuhan yang Khas, Unik, dan Spesial.

Sementara itu masih ada juga sebagian orangtua yang ingin anaknya menjadi “bintang” atau “yang terbaik” dalam studi maupun pencapaiannya. Mereka ini adalah tipe orangtua yang menetapkan standar yang tinggi pada anak mereka, sehingga jika ada anak orang lain yang lebih unggul daripada anak mereka, maka orangtua tipe ini akan merasa tidak nyaman dan kurang dapat menerima kenyataan tersebut.

Berbeda lagi dengan orangtua yang “menempatkan” anaknya pada posisi dirinya sendiri saat masih kecil. Orangtua tipe ini ada dua macam. Yang pertama, orangtua yang sewaktu kecil sering menjadi juara kelas atau anak berprestasi. Orangtua ini cenderung untuk terus berusaha agar anaknya menjadi seperti dirinya sewaktu kecil dulu. Lalu, bagaimana kalau sewaktu kecil dulu orangtua sering gagal? Yah, orangtua ini akan berupaya menebus kegagalan masa lalunya dengan menempatkan anak pada apa yang ingin dicapainya sewaktu kecil dulu.

Hentikan persaingan tidak sehat seperti itu, karena hal ini tidak akan membawa kebaikan bagi anak kita, tetapi justru akan menimbulkan beban, tekanan, stres, dan ketidakbahagiaan bagi anak-anak kita. Sebagai orangtua yang baik, kita harus menghargai anak-anak kita sebagai individu yang unik dan berbeda dari kita maupun dari anak-anak orang lain.

Pemazmur mengatakan: “Sesungguhnya, Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu sebab aku dijadikan dengan dahsyat dan ajaib. Betapa ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya” Mazmur 139:13-14 (TB2). Anak kita adalah buatan Allah yang dahsyat dan ajaib. Sidik jari Allah ada di setiap bagian kehidupan anak kita, sehingga bersama-sama dengan Pemazmur kita dapat mengatakan, “Betapa ajaib apa yang Kau buat dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”

Setiap anak diberi talenta dan kelebihan masing-masing yang dapat berbeda dari satu anak dengan anak lainnya, serta memiliki kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, bagian kita sebagai orangtua adalah mengucap syukur atas anugerah Tuhan tersebut dan menjadi orangtua terbaik bagi anak-anak kita.

Bagaimana Parenting yang Baik dan Bijaksana itu?

Parenting yang baik dan bijaksana adalah yang berdasarkan pada kasih dan kebenaran Allah. Kita perlu mengasihi anak kita tanpa syarat, tanpa membanding-bandingkan, dan tanpa menuntut. Kita perlu memberikan dukungan, bimbingan, dan arahan kepada anak kita sesuai dengan kehendak dan rencana Allah bagi hidup mereka.

Tugas utama kita sebagai orangtua adalah mendoakan dan menyerahkan anak kita ke dalam tangan Tuhan yang penuh kasih, serta mendidik anak kita seutuhnya seturut dengan Firman Tuhan dan melalui teladan yang baik dari kita sebagai orangtua, seperti yang tertulis pada Amsal 29:17: “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu” (TB2), sehingga kelak kita akan bersukacita karena menyaksikan anak-anak kita hidup dalam kebenaran Firman Tuhan. “Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran”. 3 Yohanes 1:4 (TB2). Kiranya Tuhan menolong kita.

Yuk berjalan berdampingan untuk

Menjadi Orangtua Sebaik yang Kita Bisa.

Kami akan menampilkan artikel, kesaksian, dan tips-tips parenting setiap minggunya.

Klik untuk SUBSCRIBE