“Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.” Amsal 30:18-19

Kita tahu, putus cinta bukan hanya cerita orangtua. Anak-anak kita juga tak sedikit yang mengalaminya. Meski urusan jatuh cinta dan putus cinta dianggap serius oleh para remaja, sebagian orangtua sering kali menganggapnya urusan enteng. “Ah, segitu aja sedih. Cuma cinta monyet gitu kok,” atau “Udah, nggak usah sedih. Nanti juga kamu ketemu lagi yang lebih baik,” dan masih banyak ucapan yang kurang simpatik. Namun, benarkah kita cukup menanggapinya dengan cara demikian? Tidakkah tanggapan kurang bijaksana seperti ini malah membuat putra-putri kita yang sedang terluka semakin terpuruk? Jika begitu, apa yang dapat kita lakukan saat mendampingi anak remaja yang putus cinta?

Daddy Bangga Padamu, Nak!

Markus tercenung di beranda, pikirannya terus memutar momen saat hatinya hancur berantakan. Seandainya ada pesawat UFO lewat, ia dengan sukarela akan menyerahkan diri kepada alien jahat yang dapat membawanya pergi meninggalkan bumi, persis dalam film-film yang pernah ditontonnya. Ah … ingin rasanya ia menghilang begitu saja, membawa duka yang sakitnya terasa menusuk. Beginikah rasanya putus cinta? Beginikah rasanya ditinggal pacar dan patah hati? Kalau saja ia tidak pernah membiarkan hatinya jatuh, mungkin ia tidak perlu menelan pil pahit dari cinta yang berakhir …

Dad, aku tuh sayang banget sama dia. Aku mau dia selalu dekat sama aku. Bukannya aku posesif, tapi aku nggak nyaman aja kalau dia dekat dengan yang lain, meski aku tahu dia nggak macam-macam. Aku juga udah deket sama mamanya dan mamanya dukung aku. Tapi akhirnya, ya kami putus dan aku sedih banget karena dia tidak ingin dilarang-larang … ” Kalimat panjang itu akhirnya terlontar juga dari mulutnya. Ia menatap ayahnya dengan pandangan mengadu.

Marcus, percayalah, Daddy mengerti situasimu. Pastinya tidak nyaman sekali ya ketika hati terluka karena masalah cinta. Tapi Daddy bangga sama kamu, ada hal-hal baik yang sudah kamu lakukan sebagai laki-laki yang bertanggung jawab. Kamu belajar menjaga gadis yang kamu cintai dan membangun hubungan yang baik dengan orangtuanya. Daddy bangga sama kamu,” ucap sang ayah sambil menepuk bahu putranya.

Tuhan Sedang Melindungimu, Nak!

Sementara itu, di tempat lain Sarah memeluk guling yang basah dengan air mata. Entah sudah berapa lama ia menangis, meraung penuh kepedihan sampai akhirnya tinggal sesenggukan. Di dekatnya, Bunda dengan setia menemani. Menyediakan bahu saat Sarah terkulai, mengulurkan tangan yang siap memeluk saat tangis Sarah pecah, mengelus rambut Sarah untuk menenangkan hatinya.

Ia memilih mendampingi Sarah tanpa banyak cakap, hanya bicara saat Sarah meminta. Ia akan diam saat Sarah tercenung membayangkan pemuda yang telah menjadi kekasihnya sejak remaja ternyata diam-diam berselingkuh. “Kenapa dia bohongin aku, Bun … kenapa dia tega? Aku nggak pernah jahat ama dia, Bun. Aku ….” Sarah tak sanggup meneruskan kalimatnya, hanya air matanya yang semakin menderas. Hati ibu mana yang tidak ikut teriris saat anaknya bersimbah kesedihan seperti ini? Ah apa yang dapat kuperbuat untuk menghibur anakku?

Bunda Nita memang bukan konselor hebat, ia juga bukan motivator andal yang pandai menyusun kata-kata yang menginspirasi untuk saat-saat seperti ini. Namun, penghiburan seperti apa yang dapat ia berikan untuk putrinya ini? Ia syok! Anaknya syok! Ia hanya dapat berucap, “Bunda selalu mendoakan yang terbaik buat kamu. Jika saat ini Tuhan mengizinkan kamu mengetahui semua ini, itu artinya Tuhan sedang melindungi kamu dari hal buruk yang mungkin belum terlihat olehmu.

Masih banyak lagi kisah pergumulan anak-anak kita saat putus cinta. Perasaan terluka, tertolak, tidak berharga, adalah sebagian emosi yang mengisi hati dan pikiran mereka saat hubungan kasih mereka tidak berjalan seperti yang mereka harapkan. Memang benar bahwa kita perlu memberi mereka waktu untuk bersedih, tetapi sebagai orangtua, kita juga perlu tetap peka melihat waktu yang tepat untuk menolong dan mendampingi, agar mereka tidak tenggelam dalam luka batin. Tentunya sebagai orangtua kita tak ingin anak-anak kita tenggelam berkepanjangan dalam luka batin akibat putus cinta, bukan? Langkah-langkah berikut ini kiranya bisa menjadi panduan yang dapat digunakan orangtua untuk mendampingi anak-anak yang terluka akibat putus cinta:

  1. Izinkan Anak Memproses Emosi Negatif

Terluka karena putus cinta sangat menyakitkan bagi anak, apalagi jika anak menaruh harapan dan kepercayaan kepada pasangannya. Penting bagi orangtua untuk memberi waktu dan kesempatan untuk anak meluapkan semua kesedihan, kekecewaan, dan emosi negatif yang saat itu ia rasakan. Selain itu, perlu juga bagi kita untuk mengendalikan diri dari memberi banyak nasihat. Dalam kondisi ini, anak belum siap untuk menerima nasihat, namun lebih banyak membutuhkan kehadiran orang terdekatnya yang siap mendampingi dan menerima dirinya apa adanya. Dengan begitu, anak tahu dan yakin bahwa ia tidak seorang diri dalam menghadapi luka hatinya.

  1. Menyadarkan Anak tentang Pola Relasinya dengan Keluarga

Ketika anak sudah mulai tenang dan puas memuntahkan semua emosi negatifnya, kita dapat mengajak anak untuk berbicara serius namun santai. Penting untuk menyadarkan anak tentang bagaimana relasi dengan keluarganya. Santrock (2007) dalam pembahasannya mengenai perkembangan remaja, menyatakan bahwa relasi anak dengan keluarganya akan mempengaruhi hubungannya dengan pasangannya kelak ketika anak beranjak remaja dan dewasa. Berdasarkan hal tersebut, ketika orangtua dapat membantu menyadarkan anak tentang bagaimana ia berelasi dengan orangtua dan saudara kandungnya selama ini, anak diharapkan dapat mengerti mengapa ia memperlakukan pasangannya demikian dan mengapa muncul berbagai masalah unik dalam relasi berpacarannya yang mungkin disebabkan oleh latar belakang kepribadian anak yang terbentuk dari pengalaman relasinya dengan orangtua dan saudara kandungnya. Kesadaran ini akan membantu meredakan emosi negatif anak.

  1. Pendampingan oleh Profesional Kesehatan Mental

Jika dirasa bahwa anak membutuhkan bantuan layanan profesional kesehatan mental, seperti psikiater, psikolog, atau konselor Kristen, orangtua dapat mendampingi anak mengakses layanan kesehatan mental. Orangtua berhak mencarikan profesional kesehatan mental yang cocok dan nyaman bagi anak. Biasanya orangtua yang sulit berkomunikasi dengan anak, cenderung membutuhkan layanan profesional kesehatan mental.

  1. Pendampingan Spiritualitas dan Kerohanian

Setelah kondisi luka hati anak sudah cukup tertangani secara psikologis, bantu anak untuk kembali kepada kasih Tuhan. Anak akan belajar kembali menata imannya dan mempercayakan hidup dan masa depannya kepada Kristus. Firman Tuhan begitu jelas memberikan jaminan kepada anak-anak kita yang terluka dalam Mazmur 34:19, “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” Merenungkan Firman Tuhan bersama anak untuk membantu menata imannya kembali adalah pengalaman indah dan tak terlupakan yang memfasilitasi perkembangan iman anak.

  1. Melakukan Aktivitas Bahagia

Anak membutuhkan waktu untuk move on dan memulihkan kekuatannya kembali untuk menjalani realita hidup. Luangkan waktu dan ciptakan aktivitas-aktivitas bahagia bersama anak-anak kita. Kita dapat memperlihatkan kepada mereka bahwa hidup bersama Kristus selalu menyadarkan kita bahwa semua orang percaya layak untuk bahagia dan menerima jaminan penyertaan-Nya yang sempurna.

Seperti dikatakan oleh penulis Amsal 30, salah satu dari empat hal yang mengherankan adalah jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis, maka tak heran campuran perasaan bangga, indah, romantis, cemburu, posesif, bahagia, berbunga-bunga semua ada di sana. Banyak orang percaya bahwa fase paling sulit bagi orangtua untuk memberikan nasihat bukanlah hanya saat anak jatuh cinta tetapi terlebih ketika mereka putus cinta. Pengingat di atas kiranya dapat menolong kita semua, para orangtua pembelajar, dalam mempersiapkan diri melangkah bersama anak-anak kita.

Selamat mendampingi anak-anak kita, tertawa, dan menangis bersama menyusuri liku-liku kehidupan di dunia yang penuh cinta ini.

Yuk berjalan berdampingan untuk

Menjadi Orangtua Sebaik yang Kita Bisa.

Kami akan menampilkan artikel, kesaksian, dan tips-tips parenting setiap minggunya.

Klik untuk SUBSCRIBE