“Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12b)

Ayat di atas merupakan nasihat dari seorang rasul kepada anak rohani terkasihnya yang masih belia. Ia menasihatkan agar anak rohaninya tersebut tidak merasa rendah diri karena umurnya yang masih muda, tetapi justru menjadi teladan dalam segala hal bagi orang-orang percaya. Ia juga memberikan tips jitu agar anak rohaninya ini menerapkan prinsip kepemimpinan iman melalui teladan, baik dalam perkataan, tingkah laku, tindakan kasih, kesetiaan, dan kesucian hidup.

Kepemimpinan dalam keteladanan ini juga sangat baik diterapkan dalam parenting. Ketika orangtua ingin menegakkan suatu peraturan tertentu, hendaknya ia sendirilah yang pertama menerapkan peraturan tersebut. Tanpa pengecualian, tanpa alasan, orangtua terus melakukannya dengan konsisten.

Salah satu masalah parenting yang banyak disorot saat ini adalah penggunaan gadget, atau yang kita kenal dengan gawai.

“Stop main HP ya! Kalau tidak, Mama sita!“

Mungkin kita sudah sering mendengar teriakan seperti ini, atau malah kita sendiri yang mengucapkannya saat sudah kewalahan menghadapi anak-anak yang tidak pernah lepas dari handphone-nya.

Kita tentu sepakat bahwa membatasi penggunaan gadget karena sudah berlebihan itu tidak salah. Namun, terkadang cara menyampaikannya kurang tepat dan bahkan tidak memecahkan masalah, justru menambah masalah. Oleh karena itu, baik orangtua maupun anak perlu menerapkan 3B, yaitu Batasi waktu dan tempat, Berinteraksi secara langsung, dan Bermain serta beraktivitas fisik.

Batasi waktu dan tempat

World Health Organization (WHO) and American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa anak berusia 0-2 tahun sebaiknya tidak menggunakan gadget sama sekali, kecuali orang dewasa ingin melakukan komunikasi (video call) dengan mereka dalam durasi yang terbatas. Hal ini disebut sebagai “no screen time”. Bagaimana dengan anak usia 2-5 tahun? Hal pertama yang dapat dilakukan dan disepakati adalah adanya batasan waktu yang jelas dalam menggunakan gadget. Misalnya, anak hanya boleh menggunakan gadget selama 30 menit sehari, dan harus dimatikan setelahnya.

Berbeda halnya saat anak mulai menginjak usia remaja, meskipun masih perlu diberikan batasan waktu penggunaan gadget dan waktu bebas gadget. Ini dikarenakan seiring bertambahnya umur anak, gawai diperlukan untuk mengerjakan tugas sekolah, mencari dan menambah informasi, bahkan untuk bersosialisasi dengan teman sebaya. Dari sini kita melihat bahwa gadget memiliki dua sisi yang tak terpisahkan, yaitu untuk mempermudah komunikasi dan mendapatkan hal-hal yang berguna, tetapi juga dapat menyebabkan kecanduan terhadap pornografi, game online dan menimbulkan perilaku maladaptif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, serta dapat menghambat perkembangan pribadi dan sosial.

Batasan penggunaan gadget sebaiknya juga diberlakukan ketika berada di tempat dan situasi tertentu, misalnya:

  • Di ruang ibadah, karena di tempat ibadah diharapkan anak maupun orangtua dapat memusatkan pikiran dan hati kepada ibadah dan firman Tuhan yang disampaikan.
  • Ketika makan bersama sebaiknya bebas gadget karena diharapkan dapat terjadi interaksi antar anggota keluarga. Pada saat makan inilah waktu yang tepat untuk berinteraksi antara anak dan orangtua, dan momen seperti ini tentu perlu dimanfaatkan terutama dalam keluarga modern yang cukup sibuk.
  • Di tempat tidur karena merupakan tempat untuk beristirahat dari segala macam aktivitas termasuk layar gadget.

Berinteraksi secara langsung

Jika orangtua sudah memberikan teladan tetapi anak masih sulit diatur, apa yang harus dilakukan? Perlu adanya kesepakatan dan konsistensi aturan antara ayah dan ibu, barulah aturan itu diberikan dari orangtua kepada anak. Hakikat parenting membutuhkan kesepakatan bersama antara ayah dan ibu sehingga aturan yang ada dapat dijalankan demi kepentingan keharmonisan keluarga.

Pola asuh zaman “NOW” membutuhkan orangtua yang kompak dan berhikmat dalam penggunaan gadget. Mengingat kemajuan teknologi tidak dapat dihindari maka yang bisa orangtua lakukan adalah memberikan batasan penggunaan gadget yang tepat kepada anak. Segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik, termasuk dalam penggunaan gadget baik untuk orangtua maupun anak.

Salah satu peran orangtua adalah menjadi teladan dalam menggunakan gadget. Jika orangtua mampu mengendalikan diri dan menggunakan gadget di tempat seharusnya sesuai kebutuhan, hal ini tentu akan menjadi teladan yang baik bagi anak-anak, dan dapat membentuk kebiasaan yang baik pula dalam diri mereka.

Misalnya, orangtua mampu membatasi penggunaan gadget di rumah dan menggunakan waktu yang ada untuk berinteraksi langsung dengan anak, baik secara verbal maupun nonverbal. Berinteraksi langsung dengan anak berarti memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan, bimbingan, dan koreksi yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Berinteraksi secara langsung juga berarti mengajak anak berkomunikasi secara efektif, mendengarkan apa yang anak sampaikan, menghargai pendapat dan perasaan anak, serta memberikan umpan balik yang positif.

Jika interaksi antara orangtua dan anak cukup dan baik, maka anak akan merasa aman dan diterima di rumah, dan ujung-ujungnya anak jadi tidak merasakan kebutuhan untuk mencari hiburan dari gadget dan dunia maya. Kita perlu mengingat bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang ingin berinteraksi dengan orang lain. Demikian pula dengan anak-anak kita. Jika kebutuhan ini tidak didapatkan dari orang-orang terdekat mereka, maka mereka akan mencoba memenuhi kebutuhan tersebut dengan berinteraksi di dunia maya.

Bermain serta beraktivitas fisik

Berinteraksi secara langsung dengan anak juga berarti mengajak anak bermain dan beraktivitas fisik bersama. Bermain dan beraktivitas bersama dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental anak, membentuk karakter yang baik, juga mempererat ikatan emosional antara anak dan orangtua serta anggota keluarga lainnya. Bermain dan beraktivitas fisik bersama juga dapat menjadi sarana untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai kristiani, seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kesetiaan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23).

Bukan perdebatan namun persahabatan

Menjadi teladan bagi anak dalam menggunakan gadget adalah salah satu tantangan parenting di zaman modern ini. Namun, dengan menerapkan 3B, yaitu Batasi waktu dan tempat, Berinteraksi secara langsung, dan Bermain serta beraktivitas fisik, orangtua dapat membantu anak untuk menggunakan gadget dengan bijak dan bertanggung jawab. Selain itu, orangtua juga dapat menunjukkan kepada anak bahwa ada hal-hal yang lebih penting dan berharga daripada gadget, yaitu hubungan dengan Tuhan, keluarga, dan sesama.

Dan, mengingat penggunaan gadget seharusnya bukan menimbulkan perdebatan, melainkan sebaliknya menimbulkan persahabatan antara orangtua dan anak, terutama dalam hal penggunaannya, maka marilah kita memberi ruang untuk diskusi bersama anak-anak kita terkait penggunaannya.

Yuk berjalan berdampingan untuk

Menjadi Orangtua Sebaik yang Kita Bisa.

Kami akan menampilkan artikel, kesaksian, dan tips-tips parenting setiap minggunya.

Klik untuk SUBSCRIBE