Salah satu kerinduan terbesar kebanyakan orangtua zaman sekarang adalah memiliki hubungan yang dekat dan hangat dengan anak-anak mereka. Orangtua yang berjarak dan disegani (baca: ditakuti) anak bukan lagi pilihan yang populer.

Tentu sangat baik jika kita sebagai orangtua dapat menjalin hubungan penuh kasih dengan anak-anak kata. Kita ingin mereka yakin tanpa ragu bahwa kita teramat mengasihi mereka, bahkan saat mereka melakukan kesalahan ataupun gagal dan mengecewakan kita. Kita ingin mereka merasa nyaman untuk berbagi cerita, masalah, dan harapan mereka dengan kita.

Namun demikian, meski di satu sisi, keinginan orangtua untuk menjadi sahabat anak adalah sesuatu yang baik, di sisi lain, jika tidak dipahami dan disikapi dengan bijaksana, keinginan tersebut dapat mendorong orangtua menjadi papa dan mama yang permisif, yang cenderung lebih mengutamakan keinginannya untuk menjadi sahabat yang menyenangkan dan penuh kasih sayang bagi anak, daripada menjadi orangtua yang memberi teladan dan figur yang patut dihormati (baca: disegani) serta ditaati oleh anak.

Kapan Kita Perlu Menjadi Sahabat Anak?

Persahabatan dengan anak dapat terbentuk melewati proses waktu yang dimulai sedini mungkin dan dibangun tahap demi tahap, sesuai dengan usia anak. Untuk dapat menjadi sahabat yang baik bagi anak, orangtua perlu memainkan dua peran dengan bijaksana. Di satu sisi orangtua menjadi sahabat yang penuh kasih kepada anak, tetapi di sisi lain tetap menjalankan peran utama kita sebagai orangtua.

Orangtua yang baik perlu menunjukkan dan memberikan cinta kasih kepada anak. Orangtua yang baik mengasihi, memperhatikan, dan mengkomunikasikan cinta kepada anak dalam bentuk pujian dan pendisiplinan. Pendisiplinan yang tepat dapat menumbuhkan respek anak kepada orangtua. Orangtua yang dihormati anak adalah orangtua yang mengasihi anak dan yang mampu mendisiplinkan anak pada saat diperlukan.

Kerinduan orangtua untuk bersahabat dengan anak sebaiknya perlu disikapi dengan bijak. Bagaimana caranya? Salah satunya, kita perlu menyadari dan memahami dampak serta risiko dari menjadi sahabat anak-anak kita. Jika kita terlalu dekat dan akrab dengan mereka, kita mungkin dapat kehilangan kredibilitas dan otoritas kita sebagai orangtua. Anak-anak kita mungkin jadi kurang menghormati dan tidak menaati kita, karena mereka merasa kita adalah teman mereka. Kita juga mungkin kehilangan objektivitas dan kewaspadaan kita sebagai orangtua sehingga mungkin tidak dapat melihat kesalahan dan kekurangan anak-anak kita, karena kita terlalu memihak serta memanjakan mereka. Kita juga mungkin tidak dapat memberikan nasihat dan koreksi yang tepat, karena takut menyakiti atau mengecewakan mereka. Akibatnya, peran kita dalam mendisiplinkan anak tidak dapat dijalankan dengan baik.

Menjadi Sahabat Tanpa Kebablasan

Allah memandang serius peran orangtua. Alkitab bahkan secara khusus memberikan perintah-perintah bagi orangtua Kristen. Dengan demikian, sebelum menjadi sahabat anak kita, sungguh baik jika kita lebih dulu memahami peran dan tanggung jawab kita sebagai orangtua seperti yang telah ditetapkan dalam Alkitab.

Paul David Tripp, seorang hamba Tuhan dan pengarang yang banyak berkecimpung dalam dunia parenting berkata demikian:

“Tugas Anda bukanlah menjadi sahabat anak Anda. Jika Anda butuh menjadi sahabat anak-anak Anda, Anda akan mengkompromikan otoritas Anda. Anda tidak akan dapat menawarkan tuntunan, nasihat, dan batasan-batasan yang dibutuhkan setiap anak. Malahan sebenarnya Anda haruslah mengasihi anak-anak Anda sedemikian rupa sehingga Anda bersedia menerima bahwa anak Anda menolak Anda, demi Anda dapat melakukan apa yang telah diperintahkan Allah kepada Anda sebagai orangtua. Itulah kasih orangtua yang sejati.”

Jika kita membaca pernyataan tersebut, mungkin kita berpikir: “Apakah dengan begitu kita tidak boleh menjadi sahabat anak kita?” Jawabnya: tentu tidak. Kita boleh menjadi sahabat anak-anak kita, tetapi, pertama-tama, kita perlu ingat bahwa menjadi sahabat anak bukanlah tujuan awal maupun tujuan utama orangtua.

Orangtua adalah orang yang diberi amanat oleh Tuhan untuk mendidik, melindungi, dan membimbing anak-anak mereka sesuai dengan kehendak dan firman-Nya (Ulangan 6). Peran orangtua adalah memberikan batasan, disiplin, dan konsekuensi kepada anak jika mereka melanggar aturan atau norma. Dalam hal ini orangtua memiliki otoritas dan wewenang yang lebih besar daripada sekadar menjadi sahabat anak.

Persahabatan dengan anak tetap dapat dilakukan tanpa mengorbankan mandat yang telah Allah berikan kepada orangtua. Meskipun perintah yang Allah berikan kepada orangtua dalam Kitab Suci tidak secara langsung menyebutkan tentang persahabatan orangtua dan anak, sesungguhnya hal itu telah terkandung di dalamnya.

Tips Bersahabat dengan Anak

Menjadi sahabat bagi anak adalah keinginan yang baik dan indah, namun bukan itu peran utama yang ditetapkan bagi kita. Oleh sebab itu, akan baik adanya jika kita menyadari bahwa ada batasan yang bijaksana antara menjadi sahabat dan menjadi orangtua yang menjalankan fungsi sebagai pemimpin, pengajar, dan pelindung bagi anak-anak mereka.

Bagaimana cara menjadi sahabat anak tanpa kebablasan? Berikut beberapa tips yang dapat kita terapkan:

  • Tetapkan Batasan yang Jelas. Anak-anak membutuhkan batasan yang jelas untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, mandiri, dan berbudi pekerti. Orangtualah yang menetapkan batasan yang jelas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak, serta konsekuensi yang akan dihadapi jika mereka melanggarnya. Batasan ini perlu disampaikan dengan tegas sekaligus penuh kasih. Orangtua perlu menjelaskan alasan di balik batasan tersebut, serta nilai-nilai rohani yang ingin diajarkan kepada anak.
  • Tunjukkan Kasih Sayang dan Penerimaan. Anak membutuhkan orangtua yang dapat menunjukkan kasih sayang dan menerima mereka, tanpa syarat dan tanpa membanding-bandingkan. Anak-anak ingin dicintai dan diterima apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka. Di sinilah peran orangtua untuk memberikan pujian, dukungan, dan dorongan kepada anak-anak, juga menghargai setiap upaya dan prestasi mereka. Orangtua bersedia mendengarkan, memahami, dan menghormati perasaan, pendapat, dan keinginan anak-anak, serta memberikan saran dan arahan yang bijaksana.
  • Lakukan Kegiatan Bersama. Kegiatan bersama anak ini merupakan aktivitas yang lebih dikenal dengan “quality time”. Keakraban bersifat pribadi demi mengenal lebih dalam kehidupan pribadi, hobi, ketertarikan pada aktivitas tertentu, serta dapat saling berbagi suka dan duka antara orangtua dan anak. Dari sinilah akan terbentuk keintiman, rasa percaya, dan pengertian satu sama lain.
  • Hormati Privasi dan Kemandirian Anak. Anak memiliki area pribadi yang dijadikan sebagai lingkaran “zona nyaman” mereka. Orangtua diharapkan dapat menghormati privasi dan kemandirian anak-anak mereka, terutama ketika mereka sudah memasuki masa remaja. Sesuai dengan usia dan tingkat kematangan anak, orangtua perlu sedikit demi sedikit memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada anak-anak, serta menghargai pilihan dan keputusan mereka.

Anakku, Sahabatku

Menjadi sahabat anak bisa berjalan berdampingan dengan peran kita sebagai orangtua. Kita dapat menyeimbangkan kedua peran tersebut, dengan tetap menjaga otoritas, tanggung jawab, serta kasih sayang. Dengan begitu, orangtua bisa menjadi sahabat yang baik bagi anak, sekaligus menjalankan perannya sebagai orangtua yang baik di mata Tuhan.

Ketika membangun persahabatan dengan anak-anak kita, kita juga perlu ingat untuk tetap bersikap fleksibel. Karena setiap relasi persahabatan memiliki dinamikanya sendiri sehingga akan berubah dari musim ke musim. Demikian pula persahabatan kita dengan anak-anak kita. Persahabatan kita dapat terus terbangun dan berkembang, tetapi juga berubah mengikuti pertumbuhan dan usia anak-anak kita. Mari menyerahkan kedua peran kita tersebut kepada Allah, dan izinkan Roh-Nya terus memelihara dan memimpin kita dalam menjalankan kedua peran kita sehingga selaras dengan apa yang dikehendaki-Nya dalam hidup kita dan anak-anak kita.

Yuk berjalan berdampingan untuk
Menjadi Orangtua Sebaik yang Kita Bisa.
Kami akan menampilkan artikel, kesaksian, dan tips-tips parenting setiap minggunya.

Klik untuk SUBSCRIBE