Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. –Amsal 22:6

Peran sebagai orangtua adalah salah satu hal terpenting dalam hidup seseorang. Kehadirannya berdampak besar bagi keberhasilan hidup seorang anak. Maka tidak mengherankan jika Tuhan memberikan tanggungjawab kepada setiap orangtua untuk tidak sekadar mengasuh anak tetapi untuk mendidik mereka pada jalan kebenaran. Didikan yang ditanamkan sejak usia dini akan menjadi seperti benih yang tertanam di hati anak yang akan menjadi panduan selama hidupnya bahkan sampai pada masa tua pun ia tidak akan menyimpang dari jalan kebenaran itu.

Setiap ayah dan ibu pasti mengasihi serta ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Hanya saja, kehidupan di zaman modern serba cepat, kompetitif, dan penuh tekanan. Masyarakat modern memiliki harapan yang spesifik tentang bagaimana orangtua yang “baik dan bertanggung jawab” itu. Dulu, harapannya lebih mengarah kepada fungsi pengasuhan (membimbing, mendengarkan, mendukung, dll). Namun, sekarang ini, pengertian harapan bergeser ke banyak hal yang lebih luas lagi.

Ibu yang Baik1

Orangtua memainkan banyak sekali peran, mulai dari supir, event organizer, juru masak, dan masih banyak lagi.

Tidak mengherankan bila sekarang ini banyak orangtua hilir mudik melakukan berbagai hal untuk anaknya. Misalnya saja, mengantar-jemput anak ke sekolah dan kursus, mengurus berbagai keperluan anak saat akan mengikuti pertunjukan, perlombaan, ataupun retreat, mempersiapkan pesta ulang tahun anak, dan lain sebagainya. Orangtua memainkan banyak sekali peran, mulai dari sopir, event organizer, juru masak, dan masih banyak lagi.

Namun, umumnya, semakin banyak hal yang dilakukan, semakin panjang pula to-do list (hal-hal yang masih harus dilakukan). Sebabnya karena pikiran manusia selalu berkembang, tidak statis. Akibatnya, semakin banyak hal yang dilakukan oleh orangtua untuk memenuhi harapan bahwa ia “orangtua yang baik dan bertanggung jawab”, semakin tinggi tekanan yang ia rasakan. Lalu, muncul pertanyaan, benarkah anak membutuhkan semua hal itu? Dan, apakah hal itu akan berdampak positif bagi anak di masa mendatang? Belum tentu!

Tidak Sekedar Mengasuh Anak

Sebagai ayah dan ibu, kita perlu menyadari bahwa peran mendasar orangtua adalah membesarkan anak agar tumbuh menjadi pribadi yang bahagia dan berkarakter baik. Bagaimanakah ciri-ciri orangtua yang baik? Ciri-cirinya antara lain adalah:

  • Takut akan Tuhan

Orangtua yang baik mengetahui dengan jelas prioritas serta nilai-nilai hidup yang penting bagi keluarga, serta menjunjung prioritas dan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan. Takut akan Tuhan adalah nilai mutlak yang perlu ada dalam keluarga, karena inilah dasar dari semua pengetahuan dan hikmat dalam mendidik anak. Tepat seperti yang diungkapkan dalam Amsal 1:7 yang berbunyi, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”

  • Mengetahui prinsip-prinsip dasar pola asuh yang baik.

Orangtua hendaknya mengenal dengan baik temperamen, kekurangan, dan kelebihan baik diri sendiri maupun anak, sehingga dapat mengaplikasikan pola asuh yang sesuai dengan keunikan diri dan anak. Amsal 22:6 menuliskan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Pola asuh yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan tiap anak akan menolong mereka untuk mengingat didikan dan pengajaran seumur hidup mereka.

  • Tidak terpengaruh dengan penilaian orangtua lain.

Orangtua hendaknya ingat bahwa yang terpenting adalah kualitas hubungan dengan anak agar dapat memberikan pengaruh bagi anak untuk jangka panjang. Ada saatnya orangtua perlu melakukan tindakan tegas dalam mendisiplin anak. Ada pula saat di mana orangtua memuji keberhasilan anak dan memberikan penghargaan atas usaha mereka. Kasih dan disiplin berjalan secara bersamaan. Seorang bijak menuliskan, “ Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.” (Amsal 13:24). Hal ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, tidak bergantung pada penilaian orang lain tentang bagaimana cara kita mendidik dan mengasuh anak.

Orangtua yang seperti itulah yang akan memiliki lebih banyak energi bagi keluarga karena tidak sibuk mengejar penilaian orang lain dan melakukan to-do list. Orangtua seperti itu juga akan lebih positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap anak. Mereka menyadari bahwa setiap manusia, baik orangtua maupun anak, adalah unik, sehingga pola asuh yang muncul pun unik.

Sesungguhnya, hadiah terbesar yang dapat diberikan orangtua kepada anak adalah mengenal diri sendiri dengan baik dan menyukai serta menghormati dirinya sendiri. Dengan demikian, orangtua memberikan contoh langsung kepada anak mengenai konsep diri yang sehat serta karakter yang kuat.

Sebagai orangtua, apakah kita sering membandingkan diri dengan orangtua lain dan selalu merasa kurang? Apakah kita sering merasa kelelahan akibat tuntutan sebagai orangtua yang sedemikian tinggi sehingga hal-hal kecil pun dapat membuat kita terganggu dan marah kepada anak? Bila ya, sudah saatnya kita kembali kepada hal terpenting dalam membesarkan anak, yaitu kualitas hubungan kita dengan anak. Setiap orangtua adalah unik dan setiap anak adalah unik. Dan biarlah kita menikmati hubungan kita dengan anak yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita.

Before I got married I had six theories about bringing up children: Now I have six children, and no theories. (John Wilmot)

Disadur dari buku “Mendidik Anak dengan Hati”
Jakarta: Yayasan Busur Emas, cetakan pertama 2016.