Mungkinkah kita membesarkan anak-anak untuk bersikap berani dalam iman mereka kepada Tuhan, seperti yang dilakukan Daniel?

Kita semua tahu kisah Alkitab mengenai Daniel dan ketiga temannya yang dengan gagah berani menentang raja Babel dan menolak untuk menyembah berhala—bahkan ketika mereka diancam akan dilemparkan ke perapian yang menyala-nyala.

Dengan berani, mereka menyatakan kepada Raja Nebukadnezar dalam Daniel 3:17-18:

“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”

Kisah yang menginspirasi ini menceritakan tentang empat pemuda yang menolak untuk menyembah ilah lain. Mereka memilih untuk memegang teguh iman mereka kepada satu-satunya Allah yang hidup.

Berhala Kesuksesan Duniawi

Meskipun kita bersyukur memiliki kebebasan untuk menyembah Allah di negara kita sekarang ini, saya kerap bertanya-tanya mungkinkah sebagai orangtua kita masih mempunyai berhala lain, yang kemudian kita sodorkan kepada anak-anak kita? Berhala ini bisa berbentuk sistem pendidikan kita dan janji-janji kesuksesan duniawi yang ditawarkannya.

Sebagai orangtua Kristen, kita tahu ada dua hal yang perlu menjadi fokus kita. Pertama berfokus pada perjalanan anak-anak kita bersama Allah, dan kedua berfokus untuk menanamkan di dalam diri mereka iman kepada Allah dan janji-janji-Nya. Kendati demikian, kita masih mungkin tergoda untuk mengejar aspirasi akademis dengan dalih demi kepentingan anak-anak kita. Kita mendorong mereka agar mengikuti program pendidikan untuk siswa berbakat, meraih beasiswa bergengsi, atau mengikuti tren pendidikan tertinggi yang menjanjikan paspor menuju dunia yang kaya dan memiliki reputasi.

Tentu saja tidak salah apabila kita membantu anak-anak kita untuk melakukan yang terbaik dalam pendidikan mereka. Hanya saja, sebaiknya kita tidak terlalu terobsesi dengan definisi sempit mengenai kesuksesan akademis.

Tentu saja tidak salah apabila kita membantu anak-anak kita untuk melakukan yang terbaik dalam pendidikan mereka. Hanya saja, sebaiknya kita tidak terlalu terobsesi dengan definisi sempit mengenai kesuksesan akademis.

Mengapa demikian? Karena akibatnya anak-anak kita mungkin tidak dapat menikmati kegembiraan dari belajar seumur hidup. Alih-alih menemukan harapan dan identitas mereka di dalam Kristus, anak-anak kita mungkin dibuat bingung oleh berhala-berhala di sekeliling mereka, yang mendorong mereka untuk menemukan harapan dan identitas mereka dalam kesuksesan versi dunia.

Kalau begitu, bagaimana kita dan anak-anak kita dapat menolak berhala-berhala dari budaya kita sekarang ini, seperti yang dulu dilakukan Daniel dan teman-temannya?

Apa yang Daniel miliki, yang membentuk keyakinannya untuk menjadi pemuda berintegritas tinggi?

Bagaimana Daniel Telah Dididik

Daniel berarti “Allah adalah hakimku”, dan cara Daniel membawa diri menunjukkan bahwa ia sangat menyadari kebenaran namanya ini.

Dalam setiap perkataan dan perbuatannya, Daniel berusaha untuk menghormati Allah.

Daniel baru berusia 17 tahun ketika ia dibawa ke pembuangan di Babel, dan ia berusia 20 tahun ketika melayani raja. Ia menunjukkan sifat-sifat yang dapat kita teladani. Sebagai contoh:

  • Daniel memilih teman-temannya dengan bijak. Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego bertemu dan menyadari bahwa mereka adalah teman-teman yang baik bagi satu sama lain! Mereka saling menasihati, mendukung, dan menguatkan saat menghadapi masa-masa sulit.
  • Daniel menjaga perkataannya. Meskipun Daniel dan teman-temannya mempelajari bahasa dan literatur bangsa Babel, mereka tetap memelihara dan menggunakan bahasa ibu mereka. Mereka selalu bersikap penuh hormat, sopan, dan santun.
  • Daniel berhati-hati dengan apa yang ia makan dan minum. Daniel “berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja (Daniel 1:8), sehingga dengan demikian ia tidak akan terpikat oleh godaan budaya Babel yang berlaku. Ia selalu berhati-hati menjaga kekudusan tubuhnya.
  • Daniel setia kepada Allah yang dikasihinya dan yang mengasihinya. Dalam setiap perkataan dan perbuatannya, Daniel berusaha untuk menghormati Allah—entah dengan menolak hidangan mewah dari meja raja, menafsirkan penglihatan raja dengan jujur, atau berdoa secara terbuka kepada Allah meskipun ada vonis yang melarang Daniel untuk melakukannya.

Membesarkan Anak-Anak Kita Agar Setia Sampai Akhir

Allah menugasi kita untuk menjadi penatalayan bagi anak-anak kita. Artinya, kita diberi hak istimewa dan tanggung jawab untuk membesarkan anak-anak-Nya menjadi murid-Nya, bagi kemuliaan-Nya.

Seperti apa pun nilai akademis anak-anak kita hari ini, atau pekerjaan mereka kelak, yang penting dalam terang kekekalan adalah bahwa mereka harus mengenal, mengasihi, dan melayani Tuhan.

Seperti apa pun nilai akademis anak-anak kita hari ini, atau pekerjaan mereka kelak, yang penting dalam terang kekekalan adalah bahwa mereka harus mengenal, mengasihi, dan melayani Tuhan. Sebagai penatalayan yang ditunjuk untuk tugas ini, kita memiliki peran penting dalam memimpin anak-anak kita kepada pengetahuan yang menyelamatkan tentang Yesus dan membimbing mereka untuk bertumbuh sebagai murid Kristus.

Sebagai seorang ayah dari tiga putra dan kakek dari dua orang cucu, berikut adalah beberapa saran yang ingin saya bagikan dengan rendah hati kepada Anda dari pengalaman saya sendiri:

  1. Berdoalah untuk anak-anak Anda

Berdoalah untuk anak-anak Anda siang dan malam. Jika kita menaikkan doa, permohonan, dan ucapan syukur kita kepada Tuhan setiap hari, itu akan membantu kita untuk ingat apa saja yang diperlukan untuk kesejahteraan dan perkembangan anak kita. Mereka akan selalu ada dalam pikiran kita!

Berdoalah untuk mereka secara menyeluruh. Tidak hanya untuk perkembangan akademis, mental, fisik, dan sosial mereka, melainkan juga untuk pertumbuhan rohani mereka. Kita dapat berdoa agar anak-anak kita bertumbuh seperti Yesus—“makin bertambah besar dan bertambah hikmat[nya] dan besar[nya], dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Lukas 2:52).

Seperti banyak orangtua yang menetapkan target akademis untuk anak-anak mereka setiap tahunnya, kita juga dapat melakukan hal serupa untuk pertumbuhan rohani mereka. Sebagai contoh, selain merencanakan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dan kelas pengayaan mereka, kita juga dapat merencanakan ayat Alkitab yang dapat menjadi ayat hafalan mereka setiap minggunya, dan lagu anak-anak Kristen baru apa yang dapat kita ajarkan kepada mereka.

  1. Beribadahlah ke gereja sebagai keluarga

Sediakanlah waktu untuk beribadah ke gereja bersama anak-anak Anda. Jika kita konsisten beribadah ke gereja dan melayani Tuhan, anak-anak kita akan melihat pentingnya bersekutu untuk menyembah, melayani, dan belajar firman Tuhan bersama-sama sebagai sebuah keluarga rohani.

Anda juga dapat mencari cara-cara untuk “memperkaya” kehidupan gereja mereka, seperti mengikutkan mereka dalam berbagai program untuk anak-anak atau menjadi relawan yang melayani di sekolah minggu.

Bayangkan kenangan-kenangan indah yang akan dimiliki oleh anak-anak kita karena bertumbuh dan belajar tentang Allah dan firman-Nya dari bibir kita sendiri, menyaksikan Anda mengajar dan mengasihi sahabat-sahabat mereka, dan merasakan ketaatan dan belas kasihan Anda.

Jika anak-anak Anda masih balita, Anda juga dapat mempertimbangkan untuk memasukkan mereka ke taman kanak-kanak Kristen, di mana mereka dapat belajar tentang kebenaran Allah dan mengalami kasih-Nya dalam lingkungan Kristen sejak usia dini.

  1. Luangkan waktu bersama anak-anak Anda

Sediakan waktu untuk dihabiskan bersama anak-anak Anda, jauh dari televisi dan gawai. Bermainlah bersama mereka, bercakap-cakap dengan mereka, dan dengarkan apa yang ingin mereka katakan, tanpa gangguan apa pun.

Anak-anak senang sekali bercerita dan juga mendengarkan cerita. Ceritakan kesulitan sehari-hari yang Anda hadapi dan ucapan syukur Anda dalam menjalani kehidupan Kristen.

Ingatlah bahwa Anda adalah pahlawan terbesar bagi anak-anak Anda, sahabat pertama mereka, dan pemandu terbaik mereka untuk menjadi seperti Yesus. Kemungkinan besar kehidupan dan kisah-kisah Anda akan jauh lebih berarti bagi mereka dibandingkan pelajaran apa pun yang mereka dengar. Dan jika Anda cukup banyak menceritakan kisah-kisah hidup Anda kepada mereka, maka mereka pun akan menceritakan kisah-kisah mereka kepada Anda!

Menjadi Misionaris di Rumah Kita

Almarhum Dr. Bobby Sng, seorang misionaris dan guru yang sangat dikasihi di Singapura, pernah berkata bahwa ada dua cara untuk melakukan pekerjaan misi. Pertama adalah pergi ke tempat dunia berada, dan yang kedua adalah pergi ke tempat dunia mendatangi Anda.

Peneliti Kristen tentang penginjilan menggambarkan sebuah “jendela emas” yang oleh sebagian orang disebut “jendela 4/14”. Mereka menemukan bahwa hingga 4 dari 5 orang Kristen dilaporkan menjadi percaya kepada Kristus pada usia antara 4 dan 14 tahun.

Sebagai orangtua, kita memberikan pengaruh rohani terbesar dalam kehidupan anak-anak kita sebagai penginjil dan misionaris di rumah kita sendiri. Kita memang berada di tempat yang bisa dikatakan sebagai ladang misi paling produktif dan berbuah di dunia.

Dalam bukunya Transforming Children Into Spiritual Champions, George Barna menulis:

“Orang lebih mungkin menerima Kristus sebagai Juruselamat ketika mereka masih muda. Kita paling banyak menyerap informasi dan prinsip alkitabiah pada usia praremaja … Siapa pun yang ingin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan landasan moral dan spiritual seseorang sebaiknya menggunakan pengaruh itu saat orang tersebut masih berpikiran terbuka dan mudah dipengaruhi, atau dengan kata lain, saat orang itu masih muda.”

Kita memiliki tanggung jawab istimewa untuk menjadi alat Allah dalam meletakkan dasar yang kokoh dan kekal dalam kehidupan anak-anak kita, di mana mereka dapat membangun kehidupan pengabdian, ketaatan, dan pelayanan bagi kemuliaan Allah. Adakah panggilan yang lebih mulia yang kita inginkan sebagai orangtua, dan adakah misi yang lebih penting yang dapat kita lakukan yang pada akhirnya akan menghasilkan buah?

Daniel dididik dan dibesarkan oleh sebuah keluarga dan komunitas rohani yang memenuhi mandat agung dari tujuan Allah bagi umat, kerajaan, dan kemuliaan-Nya. Kiranya kita juga membesarkan anak-anak kita di jalan Tuhan, dan kiranya keinginan hati kita adalah membesarkan seorang Daniel untuk kemuliaan Allah.

Artikel ini aslinya diterbitkan di kingdomgarten.org. Diadaptasi dengan izin. Versi yang sudah diadaptasi ini diterbitkan di Biblical Wisdom for Parents.

Penerjemah: Rosi Simamora
Penyelaras Bahasa: Marlia Kusuma Dewi

Yuk berjalan berdampingan untuk

Menjadi Orangtua Sebaik yang Kita Bisa.

Kami akan menampilkan artikel, kesaksian, dan tips-tips parenting setiap minggunya.

Klik untuk SUBSCRIBE