Agustinus telah disekolahkan dengan sebaik-baiknya, tetapi ia melakukan hal-hal yang melukai hati ibunya, seorang Kristen yang saleh. Agustinus hidup bersama seorang wanita dan mereka memiliki anak di luar pernikahan. Namun, Monika tidak pernah kehilangan harapan dan terus mendoakan putranya dengan tekun dan sungguh-sungguh.

Akhirnya Allah menjawab doa Monika. Ketika Agustinus pergi ke Milan, Italia, ia bertemu seorang uskup bernama Ambrosius, yang memberi pengaruh rohani yang sangat kuat pada Agustinus.

Agustinus pun menemukan iman yang hidup di dalam Kristus. Ia menjadi seorang teolog dan uskup yang berpengaruh di gereja mula-mula. Sekarang, 17 abad kemudian, Agustinus dianggap sebagai seorang teolog terbesar setelah Rasul Paulus.

Agustinus menulis tentang duka yang dirasakannya atas kematian ibunya, “yang selama bertahun-tahun telah menangis untukku agar aku dapat hidup di hadapan-Mu (TUHAN).” Ia sangat bersyukur karena doa-doa ibunya yang setia telah dijawab oleh Allah.

Berdoa lebih dari biasanya

Adalah hal yang wajar untuk mendoakan anak-anak sewaktu mereka sakit atau sebelum mereka menghadapi ujian sekolah. Allah tentunya mendengar doa-doa semacam itu. Akan tetapi, kita perlu berdoa lebih dalam dan lebih jauh lagi bagi anak-anak kita.

Kita perlu mengingat bahwa kebutuhan terpenting anak-anak kita adalah kerohanian. Oleh karenanya, kita perlu mendoakan kesehatan dan perkembangan rohani mereka.

Monika berdoa untuk Agustinus sewaktu ia jatuh sakit pada masa remajanya. Monika berupaya keras agar Agustinus dibaptis. Namun, saat putranya itu sembuh, Monika semakin bersedih menyaksikan kehidupan Agustinus yang malas-malasan dan tidak bertanggung jawab.

Monika berdoa untuk jiwa anaknya. Ia mendatangi Uskup Ambrosius dengan air mata seorang ibu yang cemas, dan sang uskup meyakinkannya bahwa “tidak mungkin anak yang ibunya telah mencurahkan air mata sebanyak ini baginya, akan binasa.”

Apa yang seharusnya kita doakan mengenai kebutuhan rohani anak-anak kita?

Dalam artikelnya yang berjudul Tujuh Hal yang Harus Didoakan untuk Anak-anak Kita, seorang guru Alkitab sekaligus penulis bernama Jon Bloom memberikan daftar tujuh hal yang dapat kita doakan bagi anak kita:

  1. Agar Yesus memanggil mereka dan tidak ada yang menghalangi mereka datang kepada-Nya (Matius 19:13-15).
  2. Agar mereka mau merespons dalam iman terhadap panggilan setia Yesus (2 Petrus 3:9).
  3. Agar mereka mengalami pengudusan lewat karya yang mengubahkan dari Roh Kudus dan semakin rindu untuk menaati hukum yang terutama (Matius 22:37-39).
  4. Agar mereka tidak menjalin hubungan dengan pasangan yang tidak seimbang, terutama dalam pernikahan (2 Korintus 6:14).
  5. Agar pikiran mereka suci (Filipi 4:8).
  6. Agar hati mereka tergerak untuk memberi dengan murah hati bagi pekerjaan Tuhan (Keluaran 35:29).
  7. Agar pada saat yang tepat, mereka PERGI memberitakan Injil! (Matius 28:18-20).

Yesus mendoakan anak-anak kita juga

Tentu saja, kita boleh berdoa untuk kesehatan, relasi yang dimiliki anak-anak kita dengan teman-teman mereka, dan orang-orang lain yang ikut memberi pengaruh dalam hidup mereka, pencapaian akademik mereka, serta masa depan mereka. Beberapa dari kita bahkan mendoakan teman hidup yang akan mendampingi mereka, jauh sebelum mereka dikenal oleh anak-anak kita, tetapi telah diketahui oleh Tuhan.

Nabi Samuel dalam Perjanjian Lama juga memiliki ibu yang saleh dan tekun berdoa. Ketika sang ibu tidak dapat mengandung, ia pergi ke rumah Tuhan, “berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu” (1 Samuel 1:10). Diceritakan bahwa ia “terus-menerus berdoa di hadapan Tuhan” (1 Samuel 1:12). Ia berdoa dengan sungguh-sungguh, penuh desakan, dan sangat tekun. Ia “berkata-kata dalam hatinya” (1 Samuel 1:13), yang berarti ia berdoa dengan segenap perasaan dan ketulusan. Allah mendengar doanya dan perempuan itu pun melahirkan Samuel. Ketika Samuel disapih, ia membawa Samuel dan menyerahkannya kepada Allah dan meninggalkannya di rumah Tuhan untuk dibesarkan di hadapan Allah dan untuk melayani Dia. Ia kembali berdoa dan memuji Allah (1 Samuel 2:1-10). Ia benar-benar wanita pendoa dan oleh karena itu anaknya sangat diberkati.

Dalam semua doa kita untuk anak-anak kita, penting bagi kita untuk mengingat apa yang Tuhan Yesus sedang lakukan saat ini. Kitab Suci mengatakan bahwa Dia, “yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita” (Roma 8:34). Tuhan Yesus sedang berdoa untuk kita saat ini, bahkan untuk anak-anak kita juga.

Tuhan Yesus sedang bercakap-cakap dengan Allah Bapa mengenai kita. Tuhan Yesus sedang berdoa bagi anak-anak Anda juga—terimalah kebenaran ini!

Jika Dia sedang mendoakan anak-anak Anda, maka Anda juga dapat merasakan apa yang Dia doakan. Apa yang dikatakan-Nya kepada Bapa-Nya mengenai berbagai kebutuhan dan situasi yang dialami anak Anda? Apa yang dikatakan-Nya mengenai kondisi rohani anak Anda dan masa depannya?

Kiranya kita membiarkan doa-doa kita untuk anak-anak kita menyatu dengan doa-doa-Nya. Betapa menghibur mengetahui bahwa Anda tidak sendirian dalam doa-doa yang tulus bagi anak-anak Anda.

Bahkan ketika Anda berjuang dalam doa bagi anak-anak Anda, ketika segalanya tampak buruk dan harapan seolah teramat tipis (misalnya saat seorang anak meninggalkan Tuhan dan menghadapi masalah serius, atau sakit parah), Anda dapat terhibur dengan mengetahui bahwa bersama Yesus, Roh Kudus juga menjadi perantara bagi kita “dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Roma 8:26). Allah memahami kekhawatiran dan kesedihan orangtua, dan Dia dekat dengan kita ketika kita membawa anak-anak kita kepada-Nya di dalam doa.

E.M. Bounds, seorang penulis terkenal, menuliskan mengenai doa, “Yang dibutuhkan gereja sekarang bukan lagi peralatan yang lebih banyak atau lebih bagus, bukan organisasi baru atau lebih banyak metode baru, tetapi orang-orang yang dapat dipakai oleh Roh Kudus—orang-orang yang berdoa, orang-orang yang hebat dalam doa.”

Agar kebenaran ini dapat diterapkan di dalam keluarga, kita dapat mengganti kata “gereja” dengan “keluarga” dan “orang-orang” dengan “orangtua”. Para orangtua yang menjadi pendoa sesungguhnya adalah kekuatan yang dahsyat dalam kerajaan Allah.

“Yang dibutuhkan keluarga sekarang bukan lagi peralatan yang lebih banyak atau lebih bagus, bukan organisasi baru atau lebih banyak metode baru, tetapi orangtua yang dapat dipakai oleh Roh Kudus—orangtua yang berdoa, orangtua yang hebat dalam doa.”

Disarikan dari buku Raising the Next Generation: Biblical Meditations on Parenting, diterbitkan oleh Discovery House Publishers © 2019 oleh Robert M. Solomon.

Penerjemah : Irene Eka

Penyelaras bahasa : Rosi Simamora

Yuk berjalan berdampingan untuk

Menjadi Orangtua Sebaik yang Kita Bisa.

Kami akan menampilkan artikel, kesaksian, dan tips-tips parenting setiap minggunya.

Klik untuk SUBSCRIBE