“Parenting yang bagus dapat membangun fondasi yang baik dalam kehidupan anak-anak kita. Namun tidak ada kaitan antara parenting yang bagus atau buruk dengan hasil yang akan didapatkan.”

Allah adalah orangtua yang sempurna. Namun, meski Adam dan Hawa, yang seperti anak bagi-Nya, dibesarkan dalam lingkungan terbaik, mereka masih saja memilih meninggalkan semuanya itu, dan mengikuti jalan si ular yang kemudian menghasilkan seorang pembunuh.

Lalu hadirlah Israel, sebuah bangsa yang sangat dikasihi dan disayangi Allah, seperti anak-Nya sendiri. Namun, berulang kali bangsa ini pun menjadi anak yang memberontak kepada Allah.

Nabi Yehezkiel beranggapan bahwa orangtua yang baik bisa saja memiliki anak yang jahat, sementara orangtua yang jahat mungkin saja memiliki anak yang baik. Sang Nabi berdebat panjang-lebar tentang hubungan deterministik antara orangtua dan anak. (Yehezkiel 18:1-28).

Tetapi kamu berkata: Mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya? Karena anak itu melakukan keadilan dan kebenaran, melakukan semua ketetapan-Ku dengan setia, maka ia pasti hidup. Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya (Yehezkiel 18:19-20).

Gagasan ini bertentangan dengan apa yang sering kita harapkan dalam hal hubungan orangtua-anak. Ketika melihat seorang anak dari keluarga baik-baik menjadi jahat, sering kali kita dengan cepat menyimpulkan bahwa pasti ada yang salah dengan pola asuh yang dilakukan orangtuanya. Tentu saja hal ini bisa saja benar.

Namun, bagaimana dengan anak-anak yang datang dari keluarga bermasalah dan ternyata tumbuh menjadi anak yang hebat? Apakah kita juga akan dengan cepat berpikir bahwa pasti ada beberapa nilai yang baik dari orangtuanya, yang tidak kita lihat? Atau apakah kita cenderung berpikir bahwa anak tersebut memutuskan dirinya akan menjadi berbeda dan lebih baik daripada orangtuanya?

Parenting yang bagus tidak menjamin akan menghasilkan anak-anak yang baik. Parenting yang bagus hanya dapat memastikan bahwa anak-anak kita diberkati dengan luar biasa karena memiliki orangtua yang baik.

Di bawah ini ada 3 hal yang patut dipikirkan selagi Anda terus membangun fondasi yang berharga dalam hidup anak-anak Anda:

  1. Melatih dengan Kasih

    Ketika Anda melatih seekor hewan peliharaan, Anda mungkin menemukan ada kemiripannya dengan membesarkan seorang anak. Sebelum Anda mungkin menganggap bahwa ini suatu penghinaan, pikirkanlah hal ini: Apa yang diperlukan untuk mengajari seekor anak anjing agar ia mau duduk, berguling, dan melakukan beberapa trik? Apakah cukup hanya dengan menarik-narik rantainya, berteriak, atau memarahinya? Atau mungkinkah upaya Anda akan lebih berhasil jika Anda memberinya makanan dan memujinya?

    Tidak berbeda halnya dengan melatih seorang anak. Jika Anda menetapkan aturan-aturan, mengancam anak Anda dengan hukuman, dan menggunakan otoritas Anda dengan berkata, “Karena aku ayahmu!” atau “Pokoknya Mama bilang begitu!” maka percayalah bahwa semua itu hanya berhasil untuk sementara waktu saja. Setelah itu, apa pun ancaman yang Anda berikan kepada anak tidak akan berhasil. Malah sebaliknya, itu akan mendorong mereka untuk memberontak kepada Anda.

    Anak-anak tidak dapat dipaksa menjadi baik, setidaknya tidak selamanya. Dengan berjalannya waktu, Anda suka atau tidak, anak-anak akan mulai melakukan hal-hal yang mereka inginkan. Jika ini terjadi, kuncinya adalah menolong mereka untuk mau melakukan hal yang benar dan menyelaraskan keinginan mereka dengan standarnya Tuhan.

    Semua orang ingin bebas, merasa dirinya penting, dan dihargai. Mulailah dengan membuat anak-anak kita merasa bahwa mereka benar-benar diperhatikan. Beri mereka semangat. Luangkan waktu dengan mereka. Ajak mereka untuk bersama-sama melakukan hal-hal yang mereka sukai. Pegang mereka erat-erat. Peluk mereka. Lakukanlah hal-hal yang menunjukkan bahwa mereka ada dalam hati Anda untuk kebaikan mereka.

    Jangan hanya memberi mereka cinta. Itu tidak cukup. Beri mereka batasan-batasan yang dirancang untuk melindungi mereka. Tunjukkan kepada mereka apa yang terjadi pada orang-orang yang menolak hidup di bawah otoritas Allah yang bijaksana dan penuh kasih. Dengan cara-cara kreatif, tunjukkan kepada mereka bahwa hikmat yang ditemukan dalam firman Tuhan dapat memenuhi semua kebutuhan dan keinginan kita yang terdalam.

    Jika sebagai orangtua, Anda menyadari pentingnya memberi anak Anda alasan dan dorongan untuk mengambil keputusan yang tepat, maka Anda akan dapat mencegah munculnya banyak keputusasaan di kemudian hari. Untuk itu, anak-anak Anda perlu melihat bahwa alasan dan dorongan yang Anda berikan tersebut sesuai (tidak bertentangan) dengan kebutuhan mereka akan kesenangan, kebebasan, dan apresiasi.

  2. Hidup dalam Perjanjian

    Orangtua yang bijak berusaha untuk tidak membuat anak mereka berperilaku buruk. Mereka sadar bahwa mereka tidak dapat memaksa anak-anak mereka untuk menjadi baik. Anda dapat membimbing anak-anak Anda menjadi baik, tetapi Anda tidak dapat membuat mereka baik.

    Ini bukan berarti Anda tidak perlu membuat anak-anak melakukan hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan. Ada pengecualian, terutama ketika anak-anak masih kecil.

    Salah satu pelajaran paling penting sebagai orangtua adalah meneladan bagaimana Allah sendiri mengasuh anak-anak-Nya. Allah adalah Allah Perjanjian. Dia memberi tahu kita apa yang akan terjadi jika kita menuruti kehendak-Nya. Dan Dia juga memberi tahu kita, secara spesifik, apa yang akan terjadi jika kita menolak untuk taat kepada-Nya.

    Allah menawarkan untuk menolong kita membuat pilihan yang baik jika kita memohon hikmat-Nya. Dia juga siap menolong dan memampukan kita untuk mengikuti kehendak-Nya.

    Inti dari seluruh hubungan Allah dengan anak-anak-Nya adalah masalah pilihan. Bila anak-anak-Nya menjadi jahat, ini adalah pilihan mereka. Ketika mereka menderita akibat pilihan yang mereka ambil, ini dikarenakan mereka dengan sengaja memilih untuk melawan kehendak-Nya.

    Terapkan hal ini dalam parenting Anda. Ini berbeda dari upaya untuk memutuskan segala sesuatu bagi anak-anak kita, lalu langsung turun tangan dan melindungi mereka setiap kali mereka mengambil keputusan yang salah. Ini juga kebalikan dari memaksa anak kita untuk melakukan apa yang kita inginkan agar mereka lakukan.

    Yang terbaik yang dapat orangtua lakukan adalah menunjukkan dengan jelas apa yang kita harapkan dan dalam jangka waktu berapa lama. Beri tahu anak-anak apa yang akan terjadi jika mereka taat. Dan beri tahu juga apa yang akan terjadi bila mereka tidak taat. Lalu biarkan mereka memilih.

    Jika mereka akhirnya dihukum, jika mereka tidak boleh menonton televisi, jika mereka tidak boleh menggunakan gawai, jika mereka harus tidur satu jam lebih awal, atau jika mereka tidak diizinkan ikut berlibur bersama keluarga—ini semua adalah konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil, dan bukan keputusan kita sebagai orangtua.

    Mengajari anak-anak kita memilih jalan hidup mereka sendiri, dan membiarkan mereka merasakan konsekuensi yang menyenangkan atau menyakitkan sebagai hasil dari pilihan mereka, merupakan salah satu pelajaran terpenting yang dapat kita bagikan—bukan hanya demi mereka, tetapi demi ketenangan pikiran kita sendiri.

    Jika orangtua menerapkan hal ini, maka kita bisa berhenti berteriak, mengancam, dan terus mengulang-ulang perkataan kita. Ini juga berarti kita dapat berhenti mengeluh dan mengomel sewaktu melihat pakaian yang bertebaran di kamar mereka. Ini berarti kita bisa menurunkan nada suara kita dan bersikap sewajarnya terhadap ekspektasi kita.

    Artinya: “Mulai sekarang, anak-anak, kalianlah yang mengambil keputusan sendiri. Sebagaimana Allah menjadi Bapa kami, demikian pula kami akan menjadi orangtua kalian. Kami di sini untuk kalian, tetapi dengan persyaratan ini. Keputusan ada di tangan kalian.”

  3. Bekerja seperti Petani

    Dalam banyak hal, parenting itu seperti bercocok tanam. Ini tentang membajak, menggali, menggaru, dan menanam. Ini tentang menyiangi, menanami, dan mengairi. Ini tentang menantikan matahari dan hujan yang menghasilkan pertumbuhan. Saat panen, Anda mungkin memperoleh hasil yang jelek. Atau hasil panen Anda habis diserang hama, penyakit, atau hujan yang turun terlalu banyak atau terlalu sedikit.

    Bukan berarti bercocok tanam hanyalah permainan untung-untungan. Bercocok tanam berhubungan dengan pengetahuan alam. Petani yang baik adalah seorang pekerja keras yang paham jenis-jenis tanaman atau hewan yang akan ia pelihara.

    Petani yang baik adalah juga seorang yang rendah hati. Ia tahu seberapa besar hasil panennya nanti, tetapi tidak akan memperhitungkannya sebelum hasil panen itu benar-benar tiba. Ia hanya tahu bahwa setiap proses yang ditempuh adalah tanggung jawabnya. Apabila hasil panennya nanti baik, itu karena ia telah mengerjakan semua yang berada di bawah kendalinya dengan benar, dan juga karena bagian yang tidak berada di bawah kendalinya berjalan selaras.

    Rasul Paulus memberikan contoh tentang bercocok tanam dalam 1 Korintus 3:5-6:

    “Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.”

    Meski Paulus menuliskan ini dalam konteks mengasuh kerohanian, ini berlaku juga dalam membesarkan anak. Dalam kedua kasus tersebut, kita perlu melakukan apa yang benar, bekerja keras, menunggu waktu panennya Tuhan, dan menyadari bahwa kita akan menerima upah—bukan karena hasil yang diperoleh, melainkan karena kita telah mengasuh anak-anak kita dengan penuh kasih.

    Kita tidak akan menemukan ketenangan pikiran jika kita memaksakan pertumbuhan yang cepat. Sebaliknya, kita dapat menemukan ketenangan pikiran saat kita menyadari bahwa parenting adalah sebuah proses yang panjang untuk memenuhi apa yang dibutuhkan anak-anak kita untuk bertumbuh, sementara kita menantikan mereka dan Allah untuk melihat hasilnya.

Sungguh Sulit untuk Melepaskan … Tetapi Kita Perlu Melakukannya

Tak seorang pun pernah berkata bahwa mengasuh anak hingga ia dewasa itu mudah.

Memang tidak mudah untuk sedikit demi sedikit memberikan kebebasan kepada anak-anak sambil sedikit demi sedikit mengurangi kendali kita atas mereka, supaya mereka bisa mulai belajar bertanggung jawab.

Sulit untuk tidak langsung turun tangan dan menolong mereka saat mereka menghadapi kesulitan.

Sulit untuk tetap teguh memberikan batasan dan kontrol yang masuk akal sehingga mereka tidak dibiarkan sepenuhnya bertumbuh sendiri.

Sulit untuk terus-menerus membantu mereka menyadari bahwa masalah sebenarnya bukanlah apa yang Anda ingin agar mereka lakukan, tetapi apa yang akan mereka pilih beserta konsekuensinya.

Sulit untuk bersabar dan memberi anak-anak waktu yang mereka butuhkan untuk bertumbuh.

Juga sulit untuk mendoakan mereka setiap hari, dengan cara yang mencerminkan penyerahan diri kita kepada Allah. Sulit untuk berkata kepada Tuhan, “Lakukanlah apa saja untuk membawa anak-anakku kepada-Mu, Bapa. Lakukanlah apa saja agar mereka dewasa di dalam iman dan cinta kasih. Tuhan, lakukan apa saja.”

Parenting yang baik adalah buah dari karakter yang menyerupai Kristus. Jika kita mengikuti pimpinan Yesus dan ayat yang ditulis Paulus dalam 2 Korintus 4:1-12, kita akan melihat perbedaan yang dikerjakan oleh Roh Kristus dalam diri kita. Hanya ketika kita menyalibkan diri kita sendirilah maka anak-anak kita akan memperoleh manfaat dari parenting Kristus yang dilakukan melalui kita.

Artikel ini pertama kali diterbitkan di Biblical Wisdom for Parents © Our Daily Bread Ministries dengan judul “Does Good Parenting Produce Good Children?”

Penerjemah: Yustini Soepardi
Penyelaras Bahasa: Rosi Simamora

Yuk berjalan berdampingan untuk

Menjadi Orangtua Sebaik yang Kita Bisa.

Kami akan menampilkan artikel, kesaksian, dan tips-tips parenting setiap minggunya.

Klik untuk SUBSCRIBE